Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/16/10-tahun-perjalanku-jangan-anak-tirikan-pltn/
————————————————————————————————-
Tidak terasa dalam beberapa minggu kedepan , seluruh dunia dan bangsa ini khususnya akan menyambut lembaran baru tahun 2012, tahun yang begitu di nantikan banyak orang dan tahun yang begitu sakral bagi beberapa orang yang berkeyakinan bahwa kiamat akan segera datang di tahun ini, tapi sampai penghujung ini belum ada tanda ilmiah kearah apa yang mereka yakini, dan merekapun telah mati di tahun-taahun sebelumnya. Bagi penulis sendiri di tahun 2012 ini adalah tahun yang sangat penuh arti, tahun di mana manusia bisa saling mengkoreksi dan menilai apa-apa yang telah mereka capai di tahun-tahun sebelumnya, yang jelas tahun ini harus lebih baik dari tahun sebelumnya, dan di tahun 2012 ini adalah genap 10 tahun pergulatan penulis dalam diskusi menentang diskriminasi energy. Diskriminasi dan ketidak adilan terhadap opsi “NUKLIR”, yang hanya di dasarkan atas alasan-alasan yang tidak rasional, nalar dan cendrung emosional, politis dan tidak nasionalis.
Melalui UU No 10/1997, PP No 5 tahun 2006, Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 Bab IV.2.3. (2015-2019), Inpres No. 1 Tahun 2010, PeraturanPresiden No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014, yang menjadi dasar hukum bagi bangsa ini untuk memanfaatkan teknologi nuklir di berbagai bidang tidak terkecuali sebagai sumber energy. Namun pada kenyataan nya nuklir tidaklah mudah di terima di Negara ini. Bangsa ini sudah terlanjur asyik dengan batu bara dan migas yang entah di sadari atau tidak, cadangan untuk SDA tersebut semakin berkurang, sebagai catatan untuk minyak cadangan sekitar 23 tahun lagi dan untuk gas sekitar 60 tahun lagi( sumber :http://www.migas.esdm.go.id/#) itu pun dengan prediksi konsumsi energy untuk saat ini. Logika sederhana dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk dapat di pastikan nilai konsumsi akan meningkat tajam. Di sisi lain eksplorasi terhadap cadangan baru masih di kuasai asing yang di dominasi Amerika , Eropa dan China. Biaya ekplorasi yang mahal dan berteknologi tinggi terutama di wilayah laut dalam membuat bangsa ini tidak berdaya untuk berbuat sesuatu. Bagi hasil adalah jalan keluar yang di ambil , itupun bergantung ke pada biaya yang di keluarkan investor. Intinya Negara ini tidak bisa berharap banyak dengan system tersebut sebab apabila biaya investor tinggi secara otomatis bagi hasil yang di terima pemerintah akan turun/rendah. Yang di takutkan di kemudian hari adalah bangsa ini hanya bisa bangga dengan data cadangan migas yang dimilikinya , tapi tidak bisa merasakan manfaat dari data cadangan tersebut. Seperti halnya migas , batubara bernasib sama dengan cadangan terbukti sekitar 5,5 miliar ton dengan produksi saat ini dengan asumsi konsumsi saat ini adalah 229,2 juta ton.
Difersifikasi energy adalah kata kunci dalam mengatasi krisis energy yang akan bangsa ini hadapai, singkat kata sesegera mungkin menghilangkan ke bergantungan dengan satu sumber energy khususnya migas dan batu bara(coal), masih banyak alternative sumber energy lain seperti PLTAir, BioGas, PLTAngin, PLTS, Geothermal dan lain-lain . kabar baiknya sumber-sumber alternative tersebut saat ini sudah berjalan walaupun baru memberikan kontribusi yang kecil, tercatat dalam kebijakan Mix Energi dengan komposisi batubara 32,7 %, Gas bumi 30.6%, minyak bumi 26.2%, PLTA 2.4%, panas bumi 3.8% dan lainnya 4.4%(ESDM 2009). Terlihat kebergantungan Indonesia terhadap coal dan migas masih tinggi di tengah keadaan yang telah ditulis di atas.
Lalu bagaimana dengan “Nuklir” opsi ini seakan hilang atau di anak tirikan bahkan oleh ibu kandungnya sendiri(beberapa orang di batan). Sungguh keadaan yang cukup menghawatirkan. Indonesia di usianya yang genap 19 tahun yang masih sangat belia telah berhasil mengendalikan situasi kritis dari reactor TRIGA bandung di mana pada situasi kritislah sebuah reactor nuklir bisa berjalan. Jadi nuklir bukanlah barang baru di negri ini. Di asia tenggara ,Indonesia telah mendapat pengakuan dari dunia internasional (IAEA) dalam teknologi Nuklirnya. Hal itu bukan omong kosong belaka, ada beberapa criteria yang harus di penuhi. Indonesia yang sudah cukup lama bergelut di dunia nuklir telah memiliki tiga reactor nuklir skala riset di Jogyakarta, Bandung dan Serpong Tanggrang, Indonesia sudah memiliki dasar hukum dan perundang-undangan di bidang nuklir, riset secara berkala, regenerasi SDM merupakan beberapa criteria yang harus di miliki. Untuk PLTN sendiri telah banyak peneliti yg melakukan penelitin yang berfokus di pemanfaatan nuklir untuk daya/energy. Tercatat publikasi ilmiah mulai dari disain reactor, studi kelayakan, effisiensi dan BBN, serta telah ratusan anak negri ini menimba ilmu dan langsung melakukan kerja praktek lapangan di beberapa PLTN di luar negri.
Setelah panjang selama 10 tahun ikut dalam berbagai diskusi dalam seminar dan forum di dunia nyata maupun dunia maya , setidaknya ada beberapa isu pokok yang menyebapkan pandangan miring terhadap PLTN diantaranya adalah :
1. Apakah SDM Indonesia siap atau mampu?[ baca sejarah, bertanya dengan ahlinya, berpikiran terbuka jangan pesimis, dalam dunia sains dan teknologi tidak ada yang berdiri sendiri ada prinsip korenpondensi, transfer ilmu, lihat Iran sekarang semua Negara segan dengan teknologi nuklirnya, apakah mereka buat atau ciptakan sendiri?? Tentu tidak, ada Rusia di belakangnya , kerjasama yang apik antara keduanya membawa Iran jaya dengan nuklirnya, PLTN di Iran telah di hubungkan dengan jaringan nasional Negara tersebut telah mampu mengadopsi dan menjaga arus transfer ilmu dengan cukup baik , memang begitulah sains di tularkan, dan itulah gunanya kerjasama antar Negara. Selama kerjasama itu saling menguntungkan , mengapa tidak?? Apalagi Indonesia yang sudah mempunyai pondasi kuat di bidang nuklir ,tentunya akan semakin mempermudah prosess transfer ilmu tersebut. Ingat di dunia ini kita tidak sendiri.]
2. Indonesia Negara Korup, apakah tidak takut nanti PLTN nya di korupsi juga?
[tidak ada yang membantah Indonesia masih kental dengan korupsinya, tapi adakah yang membantah bahwa Indonesia sedang menuju perbaikan dalam memberantas korupsi, apakah koruptor yang di tangkap dan diadili berkurang? Atau malah bertambah? Lalu apakah PLTU ,PLTD, dan pembangkit listrik lainya boleh di dirikan di Negara yang katanya korup? Mengapa hanya PLTN yang selalu di hubungkan dengan korupsi? Apakah dampak korupsi di PLTU ,PLTD, dan pembangkit listrik lainya tidah berdampak buruk lebih dari PLTN?] pertanyaan-pertanyaan itulahlah yang menjadi jawabanya. Sudah menjadi aturan tak tertulis di seluruh dunia, bahwa semua operator dan orang-orang yang terlibat dalam oprasional PLTN akan di tempatkan dalam satu komplek yang berjarak beberapa meter dari reactor, selain mengantisipasi kesiapan, dan kesigapan operator dan efektifitas kerja, juga sebagai perisai psikologis bagi sikap disiplin dan tanggung jawab kerja yang tinggi. Di mana apa bila ketidak disiplinan yang menyebapkan kelalaian terjadi maka anak/istri di sebelah reactor akan jadi taruhanya.
3. Chernobyl dan Fukushima .
26 april 1986 Chernobyl sebuah malapetaka nuklir terbesar yang terjadi dari sebuah PLTN, kecelakaan yang menewaskan 31 orang dan membuat 135 ribu lainnya mengungsi serta menurut data terakhir 4000 jiwa akan tewas terpicu kangker Chernobyl Ukraina Utara (adipedia.com). Berbeda dengan chernobyl tragedi fukushima di picu oleh bencana alam, Ledakan PLTN Fukushima Akibat Gempa dan Tsunami Jepang Tanggal, Waktu dan Kejadian 11 Maret 2011 13.06 Gempa 8,9 Skala atau hampir 9 skala, laporan IAEA yang di muat dalam berita republika 6 oktober 2011 tercatat 15.000 orang tewas dan 4.000 orang di nyatakan hilang akibat “Gempa dan Tsunami”. Tidak ada korban tewas dari ledakan “Reaktor Fukushima” kecuali 11 orang operator yang mengalami luka, namun 112 ribu orang harus di evakuasi untuk menghindari kebocoran radiasi, namun saat ini mereka semua telah kembali ketempat tinggal masing-masing.
Dua contoh rentetan pristiwa kecelakaan dari sebuah PLTN di atas memang cukup mengerikan, dan sering di jadikan alasan untuk menolak opsi PLTN, kalau sebagian masyarakat di negara ini masih mengganggap dua tragedi ini paling mengerikan, bearti makna tragedi sebenarnya belum di pahami sepenuhnya, diawali pada tanggal 6 maret 2008 dunia di kejutkan oleh laporan ketua tim peneliti NSDIC Ted Scambos bahwa 414 kilometer persegi bongkahan Es (atau setara dengan satu setengah kali kota Surabaya ) “Runtuh”.di Antartika, “ Ini akibat Pemanasan Global” ujar Ted. Hal ini mendapat perhatian khusus seluruh dunia , wajar saja karena di Antartika adalah tempat bersemayamnya 90% Es di dunia. Apa saja konsekuaensi dari pemanasan Global. Jelas contoh kejadian di atas adalah salah satunya, yang secara otomatis akan menyebapkan kenaikan permukaan air laut yang selanjutnya akan menenggelamkan pantai, pelabuhan dan pulau2 kecil di seluruh dunia(NASA) bisa di bayangkan kekacauan yang terjadi saat itu terjadi mungkin evakuasi akan 1000 kali lipat Chernobyl dan Fukushima, ekonomi hancur di sebapkan pelabuhan-pelabuhan dangang tenggelam, dampak lain adalah anomali cuaca serta iklim dunia , badai/gelombang panas , tahun 2007 di St. George USA suhu mencapai rekor tertinggi 48 drajat celcius, Death Valley California USA sempat menyentuh 53 drajat celcius. Tahun 2003 tragedi di eropa selatan gelombang panas menghantam daerah tersebut, kebanyakan penduduk belum siap menghadapinya 35.000 orang tecatat meninggal dunia dan terbanyak di Prancis sekitar 14.802 penduduk meninggal(ustoday.com). Tapi mengapa berita ini kalah populer di bandingkan Chernobyl dan Fukushima? Tragedi tidak sampai di situ perubahan iklim global menyebapkan bencana , badai, topan, putting beliung di seluruh belahan dunia . Adakah yang menghitung total korbanya?di tambah lagi gagal panen , kematian ternak mengancam ketersediaan pangan dan akan menuai petaka kelaparan atau minimal kenaikan harga bahan konsumsi. Di bidang kesehatan menipisnya lapisan Ozon menyebapkan radiasi sinar UV tak terbendung lagi, kanker dan bermacam endemik penyakit baru bermunculan , malaria yang terbukti meningkat 60 % akibat peningkatan suhu , merambah ke jantung dan paru-paru akut yang kesemuanya muncul dari tiga hal utama Perubahan Cuaca, Pergeseran ekosistem dan Degradasi lingkungan .Dan perlu di ketahui tragedy ini bersifat global mengancam tiap jengkal dari bagian dunia ini tidak satupun yang bisa lolos dari ancaman ini, kecuali apabila ada yang berinisiatif untuk tinggal di pelanet yang lain kecuali bumi, tua-muda ,di timur atau di barat di utara atau selatan, berbeda dengan Chernobyl yang hanya menjangkau bagian utara Ukraina dan Fukushima di sebagian Jepang dan Pasifik. Jadi bila mau sedikit membandingkan bencana Chernobyl hanya menyebapkan penderitaan beberapa ribu orang dan menewaskan 33 orang dari ledakan dan kerusakan lingkungan di bagian utara Negara ukraina dan Fukushima menyebapkan penderitaan ratusan ribu pengungsi dan 11 orang terluka akibat ledakan reactor. Tentu isu pemanasan global ini berjuta-juta kali lipat lebih mengerikan.
Lalu apakah itu Pemanasan Global( Global Warming) , Global Warming adalah kejadian di mana meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer, daratan, dan lautan di bumi(globalwarming.com). fenomena ini di sebapkan oleh 3 hal, yang pertama adalah Efek Rumah Kaca yaitu energy yang berasal dari matahari dalam bentuk radiasi gelombang menyentuh bumi dari cahaya menjadi panas yg secara alami di gunakan untuk memanas kan permukaan bumi dan sisanya di pantulkan kembali ke angkasa namun dengan adanya gas rumah kaca seperti uap air , karbondioksida dan metana, panas yang di pantulkan ini terperangkap dalam atmosfer bumi, terakumulasi dan menjadi panas, hal ini terjadi secara terus menerus. Yang ke dua adalah efek umpan balik, berlanjut dari efek rumah kaca pemanasan menyebapkan volume air yang menguap ke atmosfer bertambah, di mana uap air itu sendiri adalah salah satu dari gas rumah kaca, hilangnya lapisan es juga menyebapkan efek umpan balik yaitu menurunya kemampuan Albedo(memantulkan cahaya ) oleh Es. Lautan juga kehilangan fungsinya dalam menyerap karbon di sebapkan berkurangnya organisme penting di dalamnya. Dan yang ketiga adalah Variasi Matahari yaitu meningkatnya aktifitas matahari.
Tidak terbantahkan lagi emisi Carbondioksida menjadi “Agen Utama” penyebap fenomena Pemanasan Global. Tercatat di tahun terakhir terdapat “8 Miliar Ton CO2 di lepaskan dan masuk ke atmosfer. Di mana 40 % CO2 di hasilkan dari pembangkit listrik berbahan Coal(batubara) dan MIGAS, 33 % dari kendaraan sisanya dari industry dan lain-lain, point penting nya adalah 98 % Karbondioksida di hasilkan dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan energy( Globalwarming.com).
4. PLTN tidak aman.? Limbahnya berbahaya? Lagi-lagi Chernobyl dan Fukushima dan beberapa kecelakan nuklir lainnya di jadikan parameter aman atau tidaknya sebuah PLTN , tanpa melihat generasi ke berapakah PLTN-PLTN tersebut, ingat ! tidak ada teknologi yang sempurna, tapi semua teknologi menuju ke kesempurnaan. Kasus terakhir di Fukushima walaupun pada kenyataanya reactor dalam proses padam, telah mengispirasi banyak ilmuan untuk menciptakan teknologi –teknologi baru yang lebih aman dari mulai system keamanan pasif sampai system keamanan berlapis. Terbukti PLTN-PLTN modern sekarang ini relative aman dari berbagai incident. Lalu bagai mana dengan limbah radioaktif dari PLTN? Ada fenomena lucu ketika orang-orang meributkan beberapa drum limbah radioaktif secara berlebihan yang belum tentu menimbulkan petaka (asal kan penangananya benar dan sesuai prosedur), di sisi lain membiarkan “8 Miliar Ton” limbah dari PLTU dan PLTD yang berupa emisi Karbondioksida dan tanpa penanganan khusus di lepas begitu saja ke udara dan telah pasti menimbulkan kehancuran bagi kehidupan.sekarang dan mendatang. Sampai saat ini banyak di lakukan riset tentang penanganan maupun pemanfaatan limbah nuklir, salah satunya adalah yang di lakukan GE Hitachi dengan mendaur ulang limbah untuk di jadikan BBN kembali. Selain itu NASA telah mempublikasikan tren Kendaraan massa depan yang berbahan bakar nuklir(BBN) berupa Plutonium yang di persiapkan untuk misi ke Mars. Terdapat juga teknologi PUREX( Plutonium uranium Extraction) yang mengektrak kembali BBN menjadi bahan bakar Oksida Campuran(MOX).
5. Biaya pembangunan infrastruktur sebuah PLTN kapasitas 2x 1.000 Megawatt berkisar antara 36-48 Triliun rupiah, dengan asumsi harga pembangkit saat ini US$2.000 – US$2.500 perkilowattelectric dan harga jual ke konsumen US$ 6 sen – US$ 7 sen (Rp 540- Rp630) per Kwh, belum termasuk biaya eksternal(dampak lingkungan/sosial dan kecelakaan(jika terjadi), Pengolahan limbah/daur ulang(jika mau)).. , dari uraian singkat di atas , Apakah harga PLTN mahal? Jawaban nya relatif. Yang pertama jika mau menggantikan otak anda dengan otak “tengkulak” ya jawabanya adalah mahal, susah berinvestasi dengan modal begitu besar jangka waktu yang lama, serta resiko kegagalan yang ada, Duit untung yang kembali akan meragukan, walaupun kenyataan nya sampai sekarang masih banyak perusahaan swasta dunia yang masih enjoy dengan bisnis PLTN nya. Yang kedua apabila mau berfikir bijak, apalah arti triliaun rupiah di bandingkan dengan masa depan anak cucu, bangsa dan dunia yang akan dan sedang menhadapai krisis energi saat ini,coal dan migas menipis dan harga semakin mahal, sementara negara harus mengeluarkan 40- 50 triliun Rupiah tiap tahunnya untuk mensubsidi dan setiap tahun beban ini bertambah, belum lagi penangan dmpak limbah emisi yang menjadi biang pemanasan global, penanganan musim kemarau berkepanjangan, banjir, penyakit yang kesemuanya timbul sebagai akibat dari fenomena Global Warming yang membuat dunia ini lebih cepat menghampiri kiamat. Tentu tidak sopan mengkalkulasi harga nyawa anak cucu dan kelangsungan kehidupan di dunia dengan uang.
6. PLTS lebih baik?
Dari segi oprasional dan sumber energi tidak dapat di bantah khususnya PLTS sangat ramah lingkungan pengoprasian gampang dan simpel. Begitu juga PLTAngin, yang jadi masalah adalah pertama effisiensi surya sel yang kecil sekitar 18 % , tentu untuk kebutuhan rumah tangga hal ini masih di mungkinkan, tapi untuk pemenuhan energi skala industri masih belum begitu memungkinkan, di sinilah masalahnya. Ingat PLTS bersumber dari rangkaian utama surya cell dan Surya Cell ini tidak tidak jatuh dari langit atau di sulap dari kantong ajaib “Doraemon”, tercatat dalam memperoleh silokon dengan mereaksikan SiO2(pasir silika) + C(karbon) —> Si(silikon belum murni) + CO2(Agen Global Warming) di perlukan suhu 1900-2100 drajat Celcius atau di perlukan listrik sebesar 10-30 MW atau sepersepuluh kekuatan PLTU Muara Karang 300 MW (Agen Global Warming) kebutuhan listrik tergantung besar atau kecilnya tanur/furnace, untuk skala industri daya ini mutlak di perlukan . Perlu di ketahui bahwa proses ini baru sampai di pemisahan silikon dari pasir silika, masih banyak tahapan untuk sampai ke waffer sikon, tahapan selanjutnya adalah refining/permurnian proses pemisahan dari impurity dan mineral ikutan proses ini berlangsung pada suhu 1700 DrajatCelcius lagi-lagi energy yang cukup besar di perlukan dalam tahapan ini, selanjutnya pembentukan silikonclorida pada suhu 350 drajat celcius, selanjutnya proses untuk mendapatkan kadar kemurnian “Eleven_Nine” atau 99,999999999 % kadar kemurnian untuk mendapatkan performa terbaik dari sel surya. Tahapan ini di lakukan pada medium yang di sebut reactor Siemens pada suhu 1100 dan di lanjutkan dengan proses pembentukan wafer silicon dengan teknik Czochralski (Cz) pada suhu sekitar 1200 drajat celcius untuk mencapai titik lebur(http://energisurya.wordpress.com). Point pentingnya tidak hanya di masalah besarnya energy dan investasi serta teknologi yang di butuhkan, tapi effisiensi yang kecil berakibat teknologi ini tidak mampu memutuskan / meminimalisir rantai lingkaran setan emisi carbondiaoksida, di mana seperti di ketahui energy yang cukup besar dalam proses ini hanya bisa di penuhi oleh sebuah PLTU, jika opsi PLTN di hapus, artinya semakin industrialisasi silica di perbesar maka jumlah emissi CO2 yang di lepas semakin Besar pula, sebuah korelasi yang tak terbantahkan, ingat emisi tidak hanya di hasilkan dari suplay energy tapi juga dari proses pemurnian itu sendiri, sehingga penulis menyebut fenomena ini dengan “Double Emission”. Pelepassan CO2 ini belum termasuk proses penambangan pasir silica dan lain-lain. Jadi apabila ada LSM atau organisasi lingkungan hidup yang mengkampanyekan penggunaan PLTS dalam kegiatanya seperti selogan “ Ayo gunakan PLTS” atau “Go energy Surya” berarti saat itu pula mereka mengkampanyekan” Ayo ciptakan Emisi baru CO2 di bumi” atau “Go Emisi Rumah Kaca”. Sekali lagi semua sumber energy ada plus-minusnya tentunya semua bisa berkontribusi bagi kehidupan sesuai porsinya masing-masing , jangan lantas mendiskriminasikan salah satu sumber energy seperti PLTN, tapi setidaknya apabila opsi PLTN di loloskan maka nantinya di harapkan dapat menyuplai energy secara massif bagi industry silica dalam negri sehingga lingkaran setan emisi rumah kaca dapat di putus atau di minimalkan.
7. Menangani lumpur Lapindo dan Gas 3 Kg saja tidak becus?
Kalau kasus satu ini jawabanya singkat saja, yang pertama masalah lumpur dan gas di bandingkan PLTN jelas berbeda. Tidak Aple to Aple, tidak fair. Yang kedua ada istilah orang lain berbuat, kita yang menanggung dosa. Artinya begini, coba di renungkan dan di kilas balik Mengapa bisa terjadi Tragedi lumpur Lapindo???jawabnya adalah akibat kegilan dan kecanduan bangsa ini terhadap migas, sehingga di saat sadar migas sudah habis. Ekplorasi dan ekloitasi di kejar habis-habisan, “ayo cari lagi migas, minyak sudah mulai naik harganya begitu juga gas, subsidi membengkak” akibatnya target di kejar-kejar factor savety di abaikan dan terjadilah Tragedy Lapindo, malang,begitu malang PLTN yang jadi tumpuan dosa nya. Lapindo di jadikan Alasan Penolakan PLTN..sedih..
Hal serupa terjadi pula pada Kasus gas 3 kg, ketika cadangan minyak menipis dan harga mulai naik , subsidi membengkak lagi, dirasa gas masih banyak(padahal sedikit), buru-buru mengkonversi minyak ke gas. Seperti lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya, akibatnya kerja seperti di kejar-kejar setan, kesiapan di kebut-kebut dan akibatnya banyak tabung yang meledak. Celakanya PLTN lagi-lagi jadi sasaran dan penanggung dosa, dan ledakan tabung gas 3 kg di korelasikan dengan ledakan Reaktor Nuklir yang kontruksinya pun belum di bangun, sungguh Kejam.
8. Politik?
Sebagai Negara besar yang menganut paham demokrasi, isu politik masuk dalam ranah yang sangat sensitive , wajar saja apapun di negri ini sudah terpolitisasi, mulai dari UU sampai ke masalah nyamuk pun di politisasi. Apalagi isu PLTN yang akan menyedot dana yang tidak sedikit, dan mudah sekali bergesekan dengan berbagai kepentingan terutama politisasi ekonomi bisnis,untuk membiayai suatu partai agar besar tentu perlu dana yang besar,dana yang besar dari kader yang besar, kader yang besar dari saudagar minyak dan batubara yang besar, PLTN berdiri minyak dan batu bara tidak laku. Terlalu luas apabila di bahas lebih lanjut. Titik point ketika isu penolakan PLTN di jadikan komoditi politik, memanfaatkan pengetahuan awam manyarakat tentang nuklir dan ketakutan akan bom nuklir akan berdampak ke pembodohan public. Di sini masyarakat di uji logika dan kecerdasan akal nya, sebagai contok yang pernah terjadi dan sedang terjadi, di mana seorang calon pemimpin mengkampanyekan gerakan anti PLTN sebagai teknik untuk mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat pemilih, “saya calon pemimpin daerah ini menolak keras PLTN, jangan jadikan daerah ini Chernobyl, demi anak cucu kita” demikian kira-kira inti kampanyenya. Ini sama saja menelanjangi diri sendiri, masyarakat harus pandai memilih antara calon pemimpin yang belum terbukti dan pemimpin yang telah terbukti. Harus tau criteria mutlak seorang pemimpin. Selain pintar, berahlak,visioner, berjiwa pemimpin (leadership) by doing, berpikiran maju ke depan, mempunyai kemampuan menegerial yang baik. Berikut beberapa contoh pemimpin yang terbukti dan di akui secara nasional maupun internasional:
a. Bill Gates pendiri perusahaan raksasa Microsoft,orang terkaya, ahli sedekah,pemimpin yang terbukti di kagumi banyak orang, pendiri yayasan social terbesar”Bill Gates Foundation”. Berbicara di depan ribuan mahasiswa di Caltek(California Institute Technology) menantang mahasiswa dan generasi muda di seluruh dunia untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan terjadi di masa depan termasuk di bidang energy. Gates yang jenius dan berfikir jauh kedepan melihat peluang energy dari nuklir yang menjanjikan dan menyatakan” I Love Nuclear” kecintaan atas nuklir yang ia sebut sebagai solusi energy masa depan yang aman, membuat nya mengambil keputusan membentuk TerraPower(Perusahan yang bergerak di bidang Energi Nuklir). Pernyataan terakhir ketika kunjungan kerjasama nuklir dengan China Gates menjanjikan “All these new designs are going to be incredibly safe,”. Ya ini yang di sebut reactor supersafe.
b. Patrick Moore salah satu pendiri organisasi internasional GrennPeace, di mana ketika orang kebanyakan masih awam tentang pentingnya lingkungan hidup, Patrick bersama rekan-rekanya telah bergerak dalam tujuan penyelamatan dunia dari polusi dan perusakan. Patrick melihat polusi yang merusak telah terjadi akibat usaha manusia memenuhi kebutuhan energy. Dan ia melihat masih ada peluang memperbaikinya dan melihat peluang itu dari “NUKLIR”. Namun pendapatnya ini mendapat tentangan dari rekan-rekanya di Greenpeace. Di Jakarta beberapa waktu lalu dia menyatakan “Greenpeace telah melakukan kesalahan besar dengan menyamakan bom nuklir dan energi nuklir (PLTN)”
c. Dahlan Iskan pria kelahiran Magetan Jatim CEO Jawa pos dan Jawa Pos Network, sosok pemimpin yang sederhana , cerdas, berwawasan , banyak di kagumi bawahanya dan rekan kerjanya, sosok yang berani terjun langsung ke lapangan, menerapakan secara effektif konsep LeaderShip by Doing, membuat perubahan dan reformasi positif di salahsatu BUMN yang terkenal sakit parah (PLN). Sekarang di percaya menjadi salah satu mentri di Negara ini. Kekagumannya terhadap nuklir energy di buat dalam catatan yang di publikasi dengan judul “Nuklir Tidak Habis Pikir” sosok cerdas ini sudah mampu melihat peluang dalam mengatasi masalah energy masa depan. Dalam seminar di gedung DPR-RI Dahlan Iskan mengatakan “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mau tidak mau harus dikembangkan penggunaannya. Kalau ingin memiliki energi yang handal dan murah maka teknologi nuklir menjadi salah satu jawabannya,”
d. BJ Habibie di kenal dengan bapak Teknologi dan Demokrasi, pemilik banyak hak paten di bidang teknologi penerbangan, membawa Indonesia dalam masa-masa transisi yang kritis menuju perbaikan. Pernah menjadi presiden, mentri, pendiri habibie center dan banyak lagi kegiatan-kegiatan yang mempu memberikan sesuatu bagi kemajuan bangsa indo nesia, untuk nuklir dan PLTN beliau berkomentar“Saya berpendapat sudah waktunya dikeluarkan deklarasi mengenai PLTN ini. Saya mendukung penuh pembangunan PLTN, karena sudah tidak ada jalan lagi,” kata Habibie usai seminar bertajuk ‘PLTN Menjamin Ketahanan Penyediaan Listrik Nasional’ di hotel Grand Melia, Jakarta, Rabu (3/1/2010) okezone.com
e. Komaruddin Hidayat. adalah rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dalam bukunya “ Apa Kata Mereka Tentang Nuklir” membahas pentingnya pemanfaatan energy nuklir untuk kesejahteraan. Dalam acara bedah buku tersebut beliau mengatakan “Makanya saya katakan orang yang menolak pembangunan PLTN sama saja anti kemajuan. Bagaimana mungkin industri bisa berkembang tanpa dukungan energi yang cukup, ”
Dan banyak lagi tokoh-tokoh pemimpin yang memandang perlu penerapan teknologi nuklir di berbagai bidang tak terkecuali di bidang energy, penulis tidak mengatakan mereka yang di sebutkan di atas adalah pemimpin yang sempurna, tapi setidaknya ada nilai-nilai penting yang telah terbukti mereka berikan bagi dunia dan bangsa ini. Tinggal kita sebagai masyarakatlah yang harus pandai-pandai memilih dan menilai sosok calon pemimpin negri ini di masa datang, dalam sains dan teknologi di kenal istilah Kalibrasi dan Verifikasi , Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Tidak bermaksud menyamakan manusia dengan benda atau alat, tapi tidak kah kita bisa jadikan ini sebagai salah satu teknik dalam memilih pemimpin.
Sekali lagi, sudah saatnya bangsa ini “sadar energy”, tentunya di sadari bahwa mewujudkan sebuah sebuah sumber energy massif dari pemanfaatan nuklir tidak dapat di lakukan dalam waktu singkat. Oleh karena itu dalam dunia PLTN ada istilah “Sekarang atau Tidak selamanya”. Dan penulis dari 10 tahun mengikuti diskusi mengenai isu ini telah memilih opsi “Sekarang”. Ya sudah saatnya bangsa ini untuk “Go Nuclear”.