Entah Kenapa, Kembali ke Blog-Pribadiku

Enggak terasa, terakhir 8 tahun lalu nulis di sini. Entah kenapa, setelah Isya ketika sedang mengutak-atik pekerjaan berbasis internet, kok terbuka lagi blog-pribadi ini “juarsa.wordpress.com”. Terlihat cukup lusuh, dan maka, saya mulai buka dan login admin meski harus merestart password baru. Ketika masuk di dalam, wooow, banyak fitur baru, akhirnya iseng dan iseng, gak kerasa sudah 6 jam.

Nampaknya saya cukupkan dahulu di sini, minimal saya sudah mulai bangun dari tidur panjang yang lalu.

Temporary Single Parent

Istilah “single parent” atawa orang tua tunggal biasanya berlaku pada suami atau istri yg hidup tanpa pasangannya karena berbagai sebab terjadinya perpisahan, namun juga memiliki anak-anak yang harus di asuh. Sulit membayangkan menjadi menjadi ortu tunggal, dan selama ini my wife always beside me untuk “mengasuh” anak-anak (ada 4 anak kami). Namun, beberapa hari ke depan selama seminggu saya akan merasakan hidup sebagai ortu tunggal, dikarenakan istri saya akan bepergian ke luar negeri tanpa saya dan anaka-anak alias mandiri. Rupanya ini mungkin bales dendam istri saya yang hampir setiap tahunnya saya tinggal ke luar negeri untuk urusan riset ataupun studi, dulu selama 6 bulan pernah ketika anak kami masih satu orang. Kemudian 2-3 bulan, sepuluh hari, seminggu dan beberapa hari. Gak kebayang tuh, gimana istri saya ngurus anak-anak saya sedang ke luar negeri, maklum anak-anak kan rada2 mirip babenye, rada susah diatur.

 Kenapa istri saya bisa pergi ke luar negeri selama seminggu, panjang ceritanya.  Di awali dengan saya studi lanjut untuk s3 pada September 2009, yang otomatis segala tunjangan kerja saya dicabut dan meski ada beasiswa bulan tetep masih minus (hehehe, curhat dikit akh). Nah, istri berinisiatif untuk nyari tambahan karena minus tadi itu. Rupanya ada bisnis MLM yg sifatnya on-line, alias gak perlu ke pelanggang nemuin face to face, cukup di depan computer dan internetan. Yang dibutuhkan mesin fax sama printer scan, jadi deh itu usaha dengan di awali bonus bulan hanya seratus ribuan dengan modal daftar 37 rebuan deh. Singkat cerita, setelah beberapa tahun (2012 ini) posisinya di itu bisnis produk kosmetik dari Sweden dah jadi Gold Director (disingkat GD), keren juga kedengerannya GD gethuu, tapi jangan bayangin kayak direktur lainnya hehehehe. Nah, tahun ini dia dapet tiket dan akomodasi gratis ke Stockholm, Swedia untuk pelesiran dan ada semacam training kali ya, selama seminggu (termasuk perjalanan). Ternyata pula tanggal berangkatnya, hari raya Idul Fitri ke-2, yaitu hari Senin tanggal 20 Agustus 2012 dan baru kembali hari Minggu 26 Agustus 2012. Istri berangkat dengan penerbangan Luthfansa dan transit di Munich, Germany sebelum ke Stockholm, Swedia. Nah ini dia, akhirnya saya jadi ortu tunggal sementara (temporary single parent), dan ini jadi pengalaman pertaman saya seumur-umur ngasuh 4 anak tanpa istri tercinta. Tapi, saya rada curang dikit, karena kebetulan ada ibu kandung saya yang sedang tinggal di rumah saya, jadinya gak begitu puyeng2 amat nantinya (ngandelin nyokap).

Semoga saja perjalan istri saya kali ini akan memberikan yang terbaik untuk keluarga kami, istri belajar bagaimana rasanya berlibur tanpa keluarga dan saya belajar mengasuh anak-anak tanpa istri yang tentunya diharapkan akan meningkatkan kualitas kehidupan keluarga kami. Mohon doanya teman-teman, agar istri saya dapat kembali dengan selamat dan perjalanannya lancer dan aman.

Pagi hari buta, deru nafas menyambung nyawa

Alhamdulillah, ramadhan tahun ini bisa juga aku nikmati. Meski kegiatan pokokku aku istirahatkan sejenak karena kepenatan, kejenuhan dan kekecewaan dengan diri sendiri. Syukurlah, bahwa hidup tetap harus memiliki makna, khususnya bagi diri sendiri dan sekitar. Meskipun, istirahat “belajar” tapi aku harus menjalani aktivitas yang menambah keinginanku untuk tetap “belajar” akan keberartian hidup dan kemanfaatan dalam hidup. So, akhirnya selama ramadhan ini kegiatanku setiap jumat hingga minggu subuh (dua malam) bolak-balik ke kampus di Bogor. Kebetulan, seminggu sebelum ramadhan lab.riset kami pindahan ke gedung yang baru di bagian belakang kampus (enggak ke belakang banget sih). Dan selama bulan September 2011 hingga Juli kemarin frekuensiku ke lab di Bogor sangat jarang, maklum kudu fokus ke studi ceritanya. Alhasil, lab menjadi sepi dan selalu kosong, sehingga apa yg dulu dicita-citakan nyaris tinggal kenangan. Alhamdulillah, kepindahan lab. ke tempat baru dan kesadaranku bahwa ndak mesti juga untuk mengejar studiku semua hal yg mungkin akan bersifat positif harus ditinggalkan juga. Sementara yang namanya umur, hanya Allah yg tahu dan entah kapan kita dipanggil. Istighfar, dan kembali ke kegiatan mengasuh mahasiswa dan rekan-rekan di lab Bogor yg memang ingin sekali maju dan berkembang.

Singkat cerita, setiap Jumat siang aku sudah ke kampus Bogor dan kembali setelah sholat shubuh ke rumah pada hari Minggunya. Bersyukur, bahwa istri dan anak-anak sudah terbiasa dan mengerti soal hebitku ini. Meski merekapun tahu, kepergian ayahnya tidak untuk mencari uang dan memang tidak ada uang sebagai bayaran. Aku hanya yakin, bawah rezeki hanya Allah yang mengatur dan mengadakan. Terkadang sedikit sedih juga, dengan kondisi saat ini yang memang penghasilanku sedang kurang baik (karena status belajar) dan juga cuti dari kampus tempat ngajar (karena pengen fokus) kemudian berada pada kondisi ramadhan seperti ini. Kembali aku harus bersyukur, anak-anakku memang bukan tipikal perengek dan peminta-minta, meski mereka berpuasa dan teman-temannya sudah mulai belanja disana-sini, mereka sama sekali tidak menanyakan perihal tetek-bengek soal asesoris berlebaran. Justeru sikap mereka seperti itu yg bikin hati ini jadi tambah pilu dan luka. Sedangkan waktuku kadang lumayan banyak di luar. Meski penghasilanku sedang dalam kondisi “studi”, Alhamdulillah istriku berperoleh rezeki yg lumayan bisa membantu kebutuhan keluarga selama ini. Semua pasti ada minus dan plusnya, semua dalam kondisi setimbang. Nah, terkait cerita soal pulang setelah subuh (sekitar jam 05 dari kampus), aku selalu naik kendaraan umum setelah diantar oleh muridku hingga pada lokasi tertentu. Hidupku yang kuanggap lumayan terasa berat karena sedikit ceritaku di atas, ternyata jauh berbeda dengan orang yg setiap subuh aku temui. Ketika aku pulang naik bis di setiap subuh pagi itu, aku selalu berbarengan dengan bapak-bapak yg mungkin usianya di atasku 10-20. Bapak tersebut selalu membawa 2 karung yang berisi sayur mayur dari lokasi Bogor ke Parung. Beliyau terlihat begitu rentanya terlebih ketika menaikkan karung-karung tersebut ke atas bis di bagian belakang, kebetulan aku memang suka duduk di bagian belakang bis. Terlihat nafasnya yang tersengal-sengal dikarenakan setelah berjalan kaki menuju ke pinggir jalan raya tempat dia menunggu bis, plus 2 karung yang juga harus tetap beliyau gotong. Namun, meski dengan wajah capek dan lelah, tetap saja saat bertemu denganku beliyau melepaskan senyumnya. Seperti biasa aku ajak ngobrol atau beliyau yg duluan mengajak ngobrol. Hhhhmm, ternyata pengahasilan beliyau tidak seberapa dengan menjual sayuran tersebut (biasanya daun singkong dan daun papaya). Namun semangat hidupnya dan keceriaannya menghadapi hidup ini dengan nafas menderu setiap pagi buta untuk menyambung nyawa (mencari makan) tidak menunjukkan bahwa beliyau menyesali kehidupannya. Huh, kalo teringat keluhanku terhadap kondisi hidupku (meski hanya direlung hati), keadaan bapak tersebut  sepertinya menamparku dan membangunkanku, bahwa apa yg sudah aku peroleh selama ini jauh harus aku syukuri. Bahwa, ketika kembali di panggil Allah, hanya jasad yang membusuk tersisa di liang lahat. Semua amal dan ibadah yang hanya di bawa.

Alhamdulillah, terimakasih Allah atas semua limpahan rahmat dan hidayahmu, Amin.

Gunungsindur, 9 Agustus 2012

Menghilangkan Ketergantungan “mesbuk”

Semenjak diluncurkan pertama kali di USA pada bulan Februari 2004, facebook (terjemaah bahasa gue : “mesbuk”) menjadi jejaring social yang sangat dominan diberbagai belahan dunia ini. Benua ke benua, Negara ke Negara, kota ke kota, desa ke desa hinga person ke person saling terkoneksi, ditambah dengan fitur-fiturnya yang semakin memanjakan penggunanya. Semenjak dari anak kecil hingga orang tua (kakek-nenek) seakan berlomba dalam menggunakan jejaring social ini. Berbagai strata social, pendidikan hingga beragam status bisa saling terkoneksi dan semua hanya dilakan dengan cukup menekan “klik” saja.

Sharing informasi, baik berupa kata-kata, dokumen, foto hingga video dapat dengan mudah dilakukan via facebook melaui wall teman, wall pribadi maupun inbox. Terlebih ada fitur dimana beberapa orang bisa membuat groups, sehingga tidak semua teman-teman yg enggak sealiran bisa masuk, terus groups bisa dibuat hingga tidak terhitung dan nampaknya akan lahir terus setiap harinya sesuai dengan dinamika perubahan social, dinamika waktu (lampau, sekarang maupun masa depan), benefitas, dan sebagainya. Semua yg mulanya kita niatkan untuk men-share sesuatu kepada kalayak (all friends) akhirnya terbagi menjadi segmen-segmen informasi khusus melalui facebook groups, dikotomi atau pengelompokan memang sudah menjadi habitat manusia, baik di alam nyata maupun di dunia cyber. Yang jelas facebook telah menjelma menjadi salah satu media komunikasi yang paling padat di dunia ini, sampai-sampai pesan-pesan yg biasanya disampaikan via surat konvensional, surat elektronik (email), short message service (sms) by phone menjadi berkurang kuantitasnya, mengingat berkirim informasi melalui facebook bisa apa saja dan dengan siapa saja secara bersamaan dan terdokumentasi dengan baik. Tentunya fitur timeline menjadikan dokumentasi kita jadi lebih apik dan teratur berdasarkan waktu. Hingga pada akhirnya ketika komputer kita, baik laptop atau destop terhubung dengan jaringan internet, maka biasanya situs facebook yang pertama kali kita buka. Lumayan minimal 15 menit (paling cepat) kita pasti melototin layar monitor yg berisi “pesan-pesan” facebook, dan tanda merah sebagai status pesan masuk yg selalu kita harapkan.

Positifnya facebook? Wuih banyak juga, selain menimbulkan kreatifitas, seperti munculnya ide-ide untuk menuliskan sesuatu di status atau sekedar humor atau informasi yg bersensasi sehingga teman-teman yg membaca jadi terhibur atau malah ikut prihatin karena neyuarakan kegalauan, dukacita atau kesedihan lainnya, bisa juga terjalinnya hubungan keluarga atau perteman yg telah lama terputus atau terpisah, informasi keberadaan kawan atau apa saja. Saya termasuk pengguna aktif sejak tahun 2008 (telat 4 taon dari semenjak facebook ada), dan sudah lumayan juga groups facebook yg saya buat. Alhamdulillah sebagian besar groups facebook tersebut saya jadikan media share kepada rekan sejawat dan mahasiswa saya, meski kadang lucu juga status saya berderet cuman sendirian sedangkan mahasiswa yg menimpali (komen) paling juga hanya beberapa orang dan kadang itu-itu aja orangnya. Lucunya, kalau saya buat status aneh dan lucu atau apalah, kadang gak tertuga komen begitu banyak. Jujur sih, kadang kalo dapat komen banyak jadi terpuaskan dan merasa terperhatikan, ini memang yg disebut narsis kali. Ditambah dengan seringnya meng-upload setiap kegiatan pribadi (untung aje, kegiatan rutin nongkrong di toilet enggak di update). Pokoknya, positifnya adalah makin banyaknya pertemanana dan jaringan, serta media untuk mengurangi strees hidup.

Negatifnya? Kayaknya ndak ada deh? Iya sih, dari 2008 hingga akhir Juli 2012 kemarin belum terasa benar negatifnya, namun entah kenapa usai sholat subuh tangga 1 Agustus 2012 kemarin tiba-tiba kok merasakan kejenuhan yang amat sangat dengan facebook. Terbayang, bahwa tanpa disadari, hampir 30-40% waktu saya di depan computer setiap harinya pasti nagkring di facebook, baik itu nyetatus ke student soal kegiatan dan informasi ilmuah, nyetatus prasaan hati (baik kesel, happy atau apa aja), ngomentari status temen, update macem2 deh, hingga cuman bacaain status orang dan nge-like doang. Wuuuiihh…30-40% di pesbuuk??? Kalo sehari saya buka laptop sekitar 8 jam saja, berarti 2,4-3,2 jam sehari waktu saya untuk facebook, taruklah rata-rata setiap hari saya buka atau di depan komputer 4 jam saja, maka setiap hari rata-rata waktu untuk mesbuk sekitar 1,2-1,6 jam/hari dikalikan 365 hari. Luar biasa facebook itu ternyata. Jadi dalam setahun waktu saya untuk mesbuk rata-rata memakan waktu 18-24 hari. Belum dengan kegiatan lain yang menggunakan situs internet lainnya selain facebook? So, saya fikir saya sudah seperti “ketergantungan” alias “nyandu” dengan facebook. Dan entah karena apa pula tiba-tiba fikiran “negatif” tentang facebook datang dan tanggal 1 Agustus 2012 itulah saya non-aktifkan sementara akun facebook saya (belum brani permanen, belum sungguh2 soalnya). And, gila luar biasa, setelah di tutup itu akun facebook, selama dua hari ini ternyata saya diserang “kegelisahaan” yg luar biasa, kegelisahan ingin melihat “kondisi” all friends di facebook, ada kabar apa, ada info baru apa, atau ada foto dan video apa? Semua bikin penasaran dan itu kali yang disebut “sakaw nyetatus”?. Selama 2 hari, hampir beberapa kali saya ingin membuka lagi akun saya, namun Alhamdulillah, masih bisa di tahan. Makanya, di hari ke-3 ini saya dah mulai bisa kuasai kedaan, dan menuliskan perasaan saya ini melalui blog saya. Hhhmmmm, luar biasa, pengalaman ini terulang kembali ketika saya waktu masih muda, yang berhenti dari kebiasaan minum-minum, namun bisa dan akhirnya bisa jadi sarjana dan sekarang hampir s3, dan sudah punya anak 4.

Memang akan menjadi mudah saat kita dengan kata-kata baik lisan maupun tulisan diharuskan beropini apakah sesuatu itu ada positifnya atau ada negatifnya? Bagi saya semua hal, pasti ada positif negatifnya. Mudah saja, ibadah sholat adalah hal yg paling positif, tapi ketika kita dengan tidak sengaja dan sengaja melakukannya karena “ria” ibadah kita menjadi hal yg negatif. Begitu juga dengan studi, semakin tinggi jenjang studi kita akan semakin positif untuk kita dan keilmuan, namun jika kita melupakan hal-hal yg harusnya bisa kita lakukan agar bermanfaat, maka pendidikan akan merubah kita menjadi manusia yg angkuh dan sombong. Semua yg kita kejar hanya bermuara untuk diri kita dan kelompok2 kita. Jadi yakinlah, bahwa semua hal yang ada di depan mata akan berubah kearah kutub mana saja, positif maupun negatif. Alkohol akan menjadi negatif jika di minum, namun positif jika digunakan untuk membersihkan luka. Kembali lagi, semua hal tetap tersusun dari hal yang negatif dan positif, seperti semua unsur di kehidupan jagat raya ini. Selalu ada hal yg saling berlawan, dan yang saling berlawanan itu tentunya harus saling melengkapi dan menyeimbangkan kita. Namun, jika salah satunya mulai tidak seimbang, kita buru-buru kudu sadar dan mulai menyeimbangkan kembali. Yaahh, seperti kasus penutupan akun facebook saya, saya merasakan bagian negatifnya mulai lebih besar dan harus saya kurangi.

Tapi, this is true my friend. Menghilangkan kebiasaan mesbuk, sungguh luar biasa sulitnya dan terasa lumayan menyiksa. Untunglah, kondisi ini saya lakukan saat Ramadhan, sehingga untuk 2 hari ini sudah mulai teratasi. Masak puasa makan, minum dan lainnya tahan, mesbuk aja enggak sih? Silahkan deh mencoba, daripada hidup terus-terus terjajah.

Semoga teman-teman bisa faham deh, setelah baca tulisan saya ini kenapa saya tutup (sementara) akun facebook. Karena, saya hanya manusia biasa saja, yang hanya ingin hidup tenang dan selalu berkeinginan menyeimbangkan kondisi hidup saya.

Oh ya, agar kita bisa tetap berhubungan silahkan bagi yang ada keperluan atau sekedar nyapa kirim  aja ke email saya : myjuar@yahoo.com (ini rutin saya buka tiap hari). terimakasih.

mulya.juarsa@facebook.com – 3 Agustus 2012

10 Tahun Perjalanku “Jangan Anak Tirikan PLTN” by Yudi Sandika

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/16/10-tahun-perjalanku-jangan-anak-tirikan-pltn/

————————————————————————————————-

Tidak terasa dalam beberapa  minggu kedepan , seluruh dunia dan bangsa ini khususnya akan menyambut lembaran baru tahun 2012, tahun yang begitu di nantikan banyak orang dan tahun yang begitu sakral bagi beberapa orang yang berkeyakinan bahwa kiamat akan segera datang di tahun ini, tapi  sampai penghujung ini belum ada tanda ilmiah kearah apa yang mereka yakini, dan merekapun telah mati di tahun-taahun sebelumnya.  Bagi penulis sendiri di tahun 2012 ini adalah tahun yang sangat penuh arti, tahun di mana manusia bisa saling mengkoreksi dan menilai apa-apa yang telah mereka capai di tahun-tahun sebelumnya,  yang jelas tahun ini harus lebih baik dari tahun sebelumnya, dan di tahun 2012 ini adalah genap 10 tahun pergulatan  penulis  dalam diskusi menentang diskriminasi energy. Diskriminasi dan ketidak adilan terhadap opsi “NUKLIR”, yang hanya di dasarkan atas alasan-alasan yang tidak rasional, nalar dan cendrung emosional, politis dan tidak nasionalis.

Melalui UU No 10/1997, PP No 5 tahun 2006, Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 Bab IV.2.3. (2015-2019), Inpres No. 1 Tahun 2010, PeraturanPresiden No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014, yang menjadi dasar hukum bagi bangsa ini  untuk memanfaatkan teknologi nuklir di berbagai bidang tidak terkecuali sebagai sumber energy. Namun pada kenyataan nya nuklir tidaklah mudah di terima di Negara ini. Bangsa ini sudah terlanjur asyik dengan batu bara dan migas yang entah di sadari atau tidak, cadangan untuk SDA tersebut semakin berkurang,  sebagai catatan untuk minyak cadangan sekitar 23 tahun lagi dan untuk gas sekitar 60 tahun lagi( sumber :http://www.migas.esdm.go.id/#) itu pun dengan prediksi konsumsi energy untuk saat ini. Logika sederhana dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk dapat di pastikan nilai konsumsi akan meningkat  tajam. Di sisi lain eksplorasi terhadap cadangan baru masih di kuasai asing yang di dominasi Amerika , Eropa dan China. Biaya ekplorasi yang mahal dan berteknologi tinggi terutama di wilayah laut dalam membuat bangsa ini tidak berdaya untuk berbuat sesuatu. Bagi hasil adalah jalan keluar yang di ambil , itupun bergantung ke pada biaya  yang di keluarkan investor. Intinya Negara ini tidak bisa berharap banyak dengan system tersebut sebab apabila biaya investor tinggi secara otomatis bagi hasil yang di terima pemerintah akan turun/rendah. Yang di takutkan di kemudian hari adalah bangsa ini hanya bisa bangga dengan data cadangan migas yang dimilikinya ,  tapi tidak bisa merasakan manfaat dari  data cadangan tersebut. Seperti halnya migas , batubara bernasib sama dengan cadangan terbukti sekitar 5,5 miliar ton dengan produksi saat ini dengan asumsi konsumsi saat ini adalah 229,2 juta ton.

Difersifikasi energy adalah kata kunci dalam mengatasi krisis energy yang akan bangsa ini hadapai, singkat kata sesegera mungkin menghilangkan ke bergantungan dengan satu sumber energy khususnya migas dan batu bara(coal), masih banyak alternative sumber energy lain seperti  PLTAir, BioGas, PLTAngin, PLTS, Geothermal dan lain-lain . kabar baiknya sumber-sumber alternative tersebut saat ini sudah berjalan walaupun baru memberikan kontribusi yang kecil,  tercatat dalam kebijakan Mix Energi dengan komposisi batubara 32,7 %, Gas bumi 30.6%, minyak bumi 26.2%, PLTA 2.4%, panas bumi 3.8% dan lainnya 4.4%(ESDM 2009). Terlihat kebergantungan Indonesia terhadap coal dan migas masih tinggi di tengah keadaan yang telah ditulis di atas.

Lalu bagaimana dengan “Nuklir” opsi ini seakan hilang atau di anak tirikan bahkan oleh ibu kandungnya sendiri(beberapa orang di batan). Sungguh keadaan yang cukup menghawatirkan. Indonesia di usianya yang genap 19 tahun yang masih sangat belia telah berhasil mengendalikan situasi kritis dari reactor TRIGA bandung di mana pada situasi kritislah sebuah reactor nuklir bisa berjalan. Jadi nuklir bukanlah barang baru di negri ini. Di asia tenggara ,Indonesia telah mendapat pengakuan dari dunia internasional (IAEA) dalam teknologi Nuklirnya. Hal itu bukan omong kosong belaka, ada beberapa criteria yang harus di penuhi. Indonesia yang sudah cukup lama bergelut di dunia nuklir telah memiliki tiga reactor nuklir skala riset di Jogyakarta, Bandung dan Serpong Tanggrang, Indonesia sudah memiliki dasar hukum dan perundang-undangan di bidang nuklir, riset secara berkala, regenerasi SDM merupakan beberapa criteria yang harus di miliki. Untuk PLTN sendiri telah banyak peneliti yg melakukan penelitin yang berfokus di pemanfaatan nuklir untuk daya/energy. Tercatat publikasi ilmiah mulai dari disain  reactor, studi kelayakan, effisiensi dan BBN, serta telah ratusan anak negri ini menimba ilmu dan langsung  melakukan kerja praktek lapangan di beberapa PLTN di luar negri.

Setelah panjang selama 10 tahun ikut dalam berbagai diskusi dalam seminar dan forum di dunia nyata maupun dunia maya , setidaknya ada beberapa isu pokok yang menyebapkan pandangan miring terhadap PLTN  diantaranya adalah :

1. Apakah SDM Indonesia siap atau mampu?[ baca sejarah, bertanya dengan ahlinya, berpikiran terbuka jangan pesimis, dalam dunia sains dan teknologi tidak ada yang berdiri sendiri ada prinsip korenpondensi, transfer ilmu, lihat Iran sekarang semua Negara segan dengan teknologi nuklirnya, apakah mereka buat atau ciptakan sendiri?? Tentu tidak, ada Rusia di belakangnya , kerjasama yang apik antara keduanya membawa Iran jaya dengan nuklirnya, PLTN di Iran telah di hubungkan dengan jaringan nasional Negara tersebut telah mampu mengadopsi dan menjaga arus transfer ilmu dengan cukup baik , memang begitulah sains di tularkan, dan itulah gunanya kerjasama antar Negara. Selama kerjasama itu saling menguntungkan , mengapa tidak?? Apalagi Indonesia yang sudah mempunyai pondasi kuat di bidang nuklir ,tentunya akan semakin mempermudah prosess transfer ilmu tersebut. Ingat di dunia ini kita tidak sendiri.]

2. Indonesia Negara Korup, apakah tidak takut nanti PLTN nya di korupsi juga?

[tidak ada yang membantah Indonesia masih kental dengan korupsinya, tapi adakah yang membantah bahwa Indonesia sedang menuju perbaikan dalam memberantas korupsi, apakah koruptor yang di tangkap dan diadili berkurang? Atau malah bertambah? Lalu apakah PLTU ,PLTD, dan pembangkit listrik lainya boleh di dirikan di Negara yang katanya korup? Mengapa hanya PLTN yang selalu di hubungkan dengan korupsi? Apakah dampak korupsi di PLTU ,PLTD, dan pembangkit listrik lainya tidah berdampak buruk lebih dari PLTN?] pertanyaan-pertanyaan itulahlah yang menjadi jawabanya. Sudah menjadi aturan tak tertulis di seluruh dunia, bahwa semua operator dan orang-orang yang terlibat dalam oprasional PLTN akan di tempatkan dalam satu komplek yang berjarak beberapa meter dari reactor, selain mengantisipasi kesiapan, dan kesigapan operator dan efektifitas kerja, juga sebagai perisai psikologis bagi sikap disiplin dan tanggung jawab kerja yang tinggi. Di mana apa bila ketidak disiplinan yang menyebapkan kelalaian terjadi maka anak/istri di sebelah reactor akan jadi taruhanya.

3. Chernobyl dan Fukushima .

26 april 1986 Chernobyl sebuah malapetaka nuklir terbesar yang terjadi dari sebuah PLTN, kecelakaan yang menewaskan 31 orang dan membuat 135 ribu lainnya mengungsi serta menurut data terakhir 4000 jiwa akan tewas terpicu kangker Chernobyl Ukraina Utara (adipedia.com). Berbeda dengan chernobyl  tragedi fukushima di picu oleh bencana alam, Ledakan PLTN Fukushima Akibat Gempa dan Tsunami Jepang Tanggal, Waktu dan Kejadian 11 Maret 2011 13.06 Gempa 8,9 Skala atau hampir 9 skala,  laporan IAEA yang di muat dalam berita republika  6 oktober 2011 tercatat 15.000 orang tewas dan 4.000 orang di nyatakan hilang akibat “Gempa dan Tsunami”. Tidak ada korban tewas dari ledakan “Reaktor Fukushima” kecuali 11 orang operator yang mengalami luka, namun  112 ribu orang harus di evakuasi untuk menghindari kebocoran radiasi, namun saat ini mereka semua telah kembali ketempat tinggal masing-masing.

Dua contoh rentetan pristiwa kecelakaan dari sebuah PLTN di atas memang cukup mengerikan, dan sering di jadikan alasan untuk menolak opsi PLTN,  kalau sebagian masyarakat di negara ini masih mengganggap dua tragedi ini  paling mengerikan, bearti makna tragedi sebenarnya belum di pahami sepenuhnya, diawali pada tanggal 6 maret 2008 dunia di kejutkan oleh laporan ketua tim peneliti NSDIC   Ted Scambos bahwa 414 kilometer persegi bongkahan Es (atau setara dengan satu setengah kali kota Surabaya ) “Runtuh”.di Antartika, “ Ini akibat Pemanasan Global” ujar Ted. Hal ini mendapat perhatian khusus seluruh dunia , wajar saja karena di Antartika adalah tempat bersemayamnya 90% Es di dunia. Apa saja konsekuaensi dari pemanasan Global. Jelas contoh kejadian di atas adalah salah satunya, yang secara otomatis akan menyebapkan kenaikan permukaan air laut yang selanjutnya akan menenggelamkan pantai, pelabuhan dan pulau2 kecil di seluruh dunia(NASA) bisa di bayangkan kekacauan yang terjadi saat itu terjadi mungkin evakuasi akan 1000 kali lipat Chernobyl dan Fukushima, ekonomi hancur di sebapkan pelabuhan-pelabuhan dangang tenggelam, dampak lain adalah anomali cuaca  serta iklim dunia , badai/gelombang panas , tahun 2007 di St. George USA suhu mencapai rekor tertinggi 48 drajat celcius, Death Valley California USA sempat menyentuh 53 drajat celcius. Tahun 2003 tragedi di eropa selatan gelombang panas menghantam daerah tersebut, kebanyakan penduduk belum siap menghadapinya 35.000 orang tecatat meninggal dunia dan terbanyak di Prancis sekitar 14.802 penduduk meninggal(ustoday.com). Tapi mengapa berita ini kalah populer di bandingkan Chernobyl dan Fukushima? Tragedi tidak sampai di situ perubahan iklim global menyebapkan bencana , badai, topan, putting beliung di seluruh belahan dunia . Adakah yang menghitung total korbanya?di tambah lagi  gagal panen , kematian ternak mengancam ketersediaan pangan dan akan menuai petaka kelaparan atau minimal kenaikan harga bahan konsumsi. Di bidang kesehatan menipisnya lapisan Ozon menyebapkan radiasi sinar UV tak terbendung lagi, kanker dan bermacam endemik penyakit baru bermunculan , malaria yang terbukti meningkat 60 % akibat peningkatan suhu , merambah ke jantung dan paru-paru akut yang kesemuanya muncul dari tiga hal utama Perubahan Cuaca, Pergeseran ekosistem dan Degradasi lingkungan .Dan perlu di ketahui tragedy ini bersifat global mengancam tiap jengkal dari bagian dunia ini tidak satupun yang bisa lolos dari ancaman ini, kecuali apabila ada yang berinisiatif untuk tinggal di pelanet yang lain kecuali bumi, tua-muda ,di timur atau di barat di utara atau selatan, berbeda dengan Chernobyl yang hanya menjangkau bagian utara Ukraina dan Fukushima di sebagian Jepang dan Pasifik. Jadi bila mau sedikit membandingkan bencana Chernobyl hanya menyebapkan penderitaan  beberapa ribu orang dan menewaskan 33 orang dari ledakan dan kerusakan lingkungan di bagian utara Negara ukraina dan Fukushima menyebapkan penderitaan ratusan ribu pengungsi dan 11 orang terluka akibat ledakan reactor. Tentu isu pemanasan global ini berjuta-juta kali lipat lebih mengerikan.

Lalu apakah itu Pemanasan Global( Global Warming) , Global Warming adalah kejadian di mana meningkatnya suhu rata-rata  di atmosfer, daratan, dan lautan di bumi(globalwarming.com). fenomena ini di sebapkan oleh 3 hal, yang pertama adalah Efek Rumah Kaca yaitu energy yang berasal dari matahari dalam bentuk radiasi gelombang menyentuh bumi dari cahaya menjadi panas yg secara alami di gunakan untuk memanas kan permukaan  bumi dan sisanya di pantulkan kembali ke angkasa namun dengan adanya gas rumah kaca seperti uap air , karbondioksida dan metana, panas yang di pantulkan ini terperangkap dalam atmosfer bumi, terakumulasi dan menjadi panas, hal ini terjadi secara terus menerus. Yang ke dua  adalah efek umpan balik, berlanjut dari efek rumah kaca pemanasan menyebapkan volume air yang menguap  ke atmosfer bertambah, di mana uap air itu sendiri adalah salah satu dari gas rumah kaca, hilangnya lapisan es juga menyebapkan efek umpan balik yaitu menurunya kemampuan Albedo(memantulkan cahaya ) oleh Es. Lautan juga kehilangan fungsinya dalam menyerap karbon di sebapkan berkurangnya organisme penting  di dalamnya. Dan yang ketiga adalah Variasi Matahari yaitu meningkatnya aktifitas matahari.

Tidak terbantahkan lagi emisi Carbondioksida menjadi “Agen Utama” penyebap fenomena Pemanasan Global. Tercatat di tahun terakhir terdapat “8 Miliar Ton CO2 di lepaskan dan masuk ke atmosfer. Di mana 40 % CO2 di hasilkan dari pembangkit listrik berbahan Coal(batubara) dan MIGAS, 33 % dari kendaraan sisanya dari industry dan lain-lain, point penting nya adalah 98 % Karbondioksida di hasilkan dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan energy( Globalwarming.com).

4. PLTN tidak aman.? Limbahnya berbahaya? Lagi-lagi Chernobyl dan Fukushima dan beberapa kecelakan nuklir lainnya di jadikan parameter aman atau tidaknya sebuah PLTN , tanpa melihat generasi ke berapakah PLTN-PLTN tersebut, ingat ! tidak ada teknologi yang sempurna, tapi semua teknologi menuju ke kesempurnaan. Kasus terakhir di Fukushima walaupun pada kenyataanya reactor dalam proses padam, telah mengispirasi banyak ilmuan untuk menciptakan teknologi –teknologi baru yang lebih aman dari mulai system keamanan pasif sampai system keamanan berlapis. Terbukti PLTN-PLTN modern sekarang ini relative aman dari berbagai incident. Lalu bagai mana dengan limbah radioaktif dari PLTN? Ada fenomena lucu ketika orang-orang meributkan beberapa drum limbah radioaktif secara berlebihan yang belum tentu menimbulkan petaka (asal kan penangananya benar dan sesuai prosedur), di sisi lain membiarkan “8 Miliar Ton” limbah dari PLTU dan PLTD yang berupa emisi Karbondioksida dan tanpa penanganan khusus di lepas begitu saja ke udara dan telah pasti menimbulkan kehancuran bagi kehidupan.sekarang dan mendatang.  Sampai saat ini banyak di lakukan riset tentang penanganan maupun pemanfaatan limbah nuklir, salah satunya adalah yang di lakukan GE Hitachi dengan mendaur ulang limbah untuk di jadikan BBN kembali. Selain itu NASA telah mempublikasikan tren Kendaraan massa depan yang berbahan bakar nuklir(BBN) berupa Plutonium yang di persiapkan untuk misi ke Mars. Terdapat juga teknologi PUREX( Plutonium uranium Extraction) yang mengektrak kembali BBN menjadi bahan bakar Oksida  Campuran(MOX).

5. Biaya pembangunan infrastruktur  sebuah PLTN kapasitas  2x 1.000 Megawatt berkisar antara 36-48 Triliun rupiah, dengan asumsi harga pembangkit saat ini US$2.000 – US$2.500 perkilowattelectric dan harga jual ke konsumen US$ 6 sen – US$ 7 sen (Rp 540- Rp630) per Kwh, belum termasuk biaya eksternal(dampak lingkungan/sosial dan kecelakaan(jika terjadi), Pengolahan limbah/daur ulang(jika mau)).. , dari uraian singkat di atas , Apakah harga PLTN mahal? Jawaban nya relatif. Yang pertama jika mau menggantikan otak anda dengan otak “tengkulak” ya jawabanya adalah mahal, susah berinvestasi dengan modal begitu besar jangka waktu yang lama, serta resiko kegagalan yang ada, Duit untung yang kembali akan meragukan, walaupun kenyataan nya sampai sekarang masih banyak perusahaan swasta dunia yang masih enjoy dengan bisnis PLTN nya. Yang kedua apabila mau berfikir bijak, apalah arti triliaun rupiah di bandingkan dengan masa depan anak cucu, bangsa dan dunia  yang akan dan sedang menhadapai krisis energi saat ini,coal dan migas menipis dan harga semakin mahal, sementara negara harus mengeluarkan 40- 50 triliun Rupiah tiap tahunnya untuk mensubsidi dan setiap tahun beban ini bertambah, belum lagi penangan dmpak limbah emisi yang menjadi biang pemanasan global, penanganan musim kemarau berkepanjangan, banjir, penyakit yang kesemuanya timbul sebagai akibat dari fenomena Global Warming yang membuat dunia ini lebih cepat menghampiri kiamat. Tentu tidak sopan mengkalkulasi harga nyawa anak cucu dan kelangsungan kehidupan di dunia dengan uang.

6. PLTS  lebih baik?

Dari segi oprasional dan sumber energi tidak dapat di bantah khususnya PLTS sangat ramah lingkungan pengoprasian gampang dan simpel. Begitu juga PLTAngin, yang jadi masalah adalah pertama effisiensi surya sel yang kecil sekitar 18 % , tentu untuk kebutuhan rumah tangga hal ini masih di mungkinkan, tapi untuk pemenuhan energi skala industri masih belum begitu memungkinkan, di sinilah masalahnya. Ingat PLTS bersumber dari rangkaian utama surya cell dan Surya Cell ini tidak tidak jatuh dari langit atau di sulap dari kantong ajaib “Doraemon”,  tercatat dalam memperoleh silokon dengan mereaksikan SiO2(pasir silika) + C(karbon)  —> Si(silikon belum murni) + CO2(Agen Global Warming) di perlukan suhu 1900-2100 drajat Celcius atau di perlukan listrik sebesar 10-30 MW atau sepersepuluh kekuatan PLTU Muara Karang 300 MW (Agen Global Warming) kebutuhan listrik tergantung besar atau kecilnya tanur/furnace, untuk skala industri daya ini mutlak di perlukan . Perlu di ketahui bahwa proses ini baru sampai di pemisahan silikon dari pasir silika, masih banyak tahapan untuk sampai ke waffer sikon, tahapan selanjutnya adalah  refining/permurnian  proses pemisahan dari impurity dan mineral ikutan proses ini berlangsung pada suhu 1700 DrajatCelcius lagi-lagi energy yang cukup besar di perlukan dalam tahapan ini, selanjutnya pembentukan silikonclorida pada suhu 350 drajat celcius, selanjutnya proses untuk mendapatkan kadar kemurnian “Eleven_Nine” atau  99,999999999 % kadar kemurnian untuk mendapatkan  performa terbaik dari sel surya. Tahapan ini di lakukan pada medium yang di sebut reactor Siemens pada suhu 1100 dan di lanjutkan dengan proses pembentukan wafer silicon dengan teknik Czochralski (Cz) pada suhu sekitar 1200 drajat celcius untuk mencapai titik lebur(http://energisurya.wordpress.com). Point pentingnya tidak hanya di masalah besarnya energy dan investasi serta teknologi yang di butuhkan, tapi effisiensi yang kecil berakibat teknologi ini tidak mampu memutuskan / meminimalisir rantai lingkaran setan emisi carbondiaoksida, di mana seperti di ketahui energy yang cukup besar dalam proses ini hanya bisa di penuhi oleh sebuah PLTU, jika opsi PLTN di hapus, artinya semakin industrialisasi silica di perbesar maka jumlah emissi CO2 yang di lepas semakin Besar pula, sebuah korelasi yang tak terbantahkan,  ingat emisi tidak hanya di hasilkan dari suplay energy tapi juga dari proses pemurnian itu sendiri, sehingga penulis menyebut fenomena ini dengan “Double Emission”. Pelepassan CO2 ini belum termasuk proses penambangan pasir silica dan lain-lain. Jadi apabila ada LSM atau organisasi lingkungan hidup yang mengkampanyekan penggunaan PLTS dalam kegiatanya seperti selogan “ Ayo gunakan PLTS” atau “Go energy Surya” berarti  saat itu pula mereka mengkampanyekan” Ayo ciptakan Emisi baru CO2 di bumi” atau “Go Emisi Rumah Kaca”. Sekali lagi semua sumber energy ada plus-minusnya tentunya semua bisa berkontribusi bagi kehidupan sesuai porsinya masing-masing , jangan lantas mendiskriminasikan salah satu sumber energy seperti PLTN, tapi setidaknya apabila opsi PLTN di loloskan maka nantinya di harapkan dapat menyuplai energy secara massif bagi industry silica dalam negri sehingga lingkaran setan emisi rumah kaca dapat di putus atau di minimalkan.

7. Menangani lumpur Lapindo dan Gas 3 Kg saja tidak becus?

Kalau kasus satu ini jawabanya singkat saja, yang pertama masalah lumpur dan gas di bandingkan PLTN jelas berbeda. Tidak Aple to Aple, tidak fair. Yang kedua ada istilah orang lain berbuat, kita yang menanggung dosa. Artinya begini, coba di renungkan dan di kilas balik Mengapa bisa terjadi Tragedi lumpur Lapindo???jawabnya adalah akibat kegilan dan kecanduan bangsa ini terhadap migas, sehingga di saat sadar migas sudah habis. Ekplorasi dan ekloitasi di kejar habis-habisan, “ayo cari lagi migas, minyak sudah mulai naik harganya begitu juga gas, subsidi membengkak” akibatnya target di kejar-kejar factor savety di abaikan dan terjadilah Tragedy Lapindo, malang,begitu malang PLTN yang jadi tumpuan dosa nya. Lapindo di jadikan Alasan Penolakan PLTN..sedih..

Hal serupa terjadi pula pada Kasus gas 3 kg, ketika cadangan minyak menipis dan harga mulai naik , subsidi membengkak lagi, dirasa gas masih banyak(padahal sedikit), buru-buru mengkonversi minyak ke gas. Seperti lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya, akibatnya kerja seperti di kejar-kejar setan, kesiapan di kebut-kebut dan akibatnya banyak tabung yang meledak. Celakanya PLTN lagi-lagi jadi sasaran dan penanggung dosa, dan ledakan tabung gas 3 kg di korelasikan dengan ledakan Reaktor Nuklir yang kontruksinya pun belum di bangun, sungguh Kejam.

8. Politik?

Sebagai Negara besar yang menganut paham demokrasi, isu politik masuk dalam ranah yang sangat sensitive , wajar saja apapun di negri ini sudah terpolitisasi, mulai dari UU sampai ke masalah nyamuk pun di politisasi. Apalagi isu PLTN yang akan menyedot dana yang tidak sedikit, dan mudah sekali bergesekan dengan berbagai kepentingan terutama politisasi ekonomi bisnis,untuk membiayai suatu partai agar besar tentu perlu dana yang besar,dana yang besar dari kader yang besar, kader yang besar dari saudagar minyak dan batubara yang besar, PLTN berdiri minyak dan batu bara tidak laku. Terlalu luas apabila di bahas lebih lanjut. Titik point ketika isu penolakan PLTN  di jadikan komoditi politik, memanfaatkan pengetahuan awam manyarakat tentang nuklir dan ketakutan akan bom nuklir akan berdampak ke pembodohan public. Di sini masyarakat di uji logika dan kecerdasan akal nya, sebagai contok yang pernah terjadi dan sedang terjadi, di mana seorang calon pemimpin mengkampanyekan gerakan anti PLTN sebagai teknik untuk mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat pemilih, “saya calon pemimpin daerah ini menolak keras PLTN, jangan jadikan daerah ini Chernobyl, demi anak cucu kita” demikian kira-kira inti kampanyenya. Ini sama saja menelanjangi diri sendiri, masyarakat harus pandai memilih antara calon pemimpin yang belum terbukti dan pemimpin yang telah terbukti. Harus tau criteria mutlak seorang pemimpin. Selain pintar, berahlak,visioner, berjiwa pemimpin (leadership) by doing, berpikiran maju ke depan, mempunyai kemampuan menegerial yang baik. Berikut beberapa contoh pemimpin yang terbukti dan di akui secara nasional maupun internasional:

a. Bill Gates pendiri perusahaan raksasa Microsoft,orang terkaya, ahli sedekah,pemimpin yang terbukti di kagumi banyak orang, pendiri yayasan social terbesar”Bill Gates Foundation”. Berbicara di depan ribuan mahasiswa di Caltek(California Institute Technology) menantang mahasiswa dan generasi muda di seluruh dunia untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan terjadi di masa depan termasuk di bidang energy.  Gates yang jenius dan berfikir jauh kedepan melihat peluang energy dari nuklir yang menjanjikan dan menyatakan” I Love Nuclear” kecintaan atas nuklir yang ia sebut sebagai solusi energy masa depan yang aman, membuat nya mengambil keputusan membentuk TerraPower(Perusahan yang bergerak di bidang Energi Nuklir). Pernyataan terakhir ketika kunjungan kerjasama nuklir dengan China Gates menjanjikan “All these new designs are going to be incredibly safe,”. Ya ini yang di sebut reactor supersafe.

b. Patrick Moore salah satu pendiri organisasi internasional GrennPeace, di mana ketika orang kebanyakan masih awam tentang pentingnya lingkungan hidup, Patrick bersama rekan-rekanya telah bergerak dalam tujuan penyelamatan dunia dari polusi dan perusakan. Patrick melihat polusi yang merusak telah terjadi akibat usaha manusia memenuhi kebutuhan energy. Dan ia melihat masih ada peluang memperbaikinya dan melihat peluang itu dari “NUKLIR”. Namun pendapatnya ini mendapat tentangan dari rekan-rekanya di Greenpeace. Di Jakarta beberapa waktu lalu dia menyatakan “Greenpeace telah melakukan kesalahan besar dengan menyamakan bom nuklir dan energi nuklir (PLTN)”

c. Dahlan Iskan pria kelahiran Magetan Jatim CEO  Jawa pos dan Jawa Pos Network, sosok pemimpin yang sederhana , cerdas, berwawasan , banyak di kagumi bawahanya dan rekan kerjanya, sosok yang berani terjun langsung ke lapangan, menerapakan secara effektif konsep LeaderShip by Doing, membuat perubahan dan reformasi positif di salahsatu BUMN yang terkenal sakit parah (PLN). Sekarang di percaya menjadi salah satu mentri di Negara ini. Kekagumannya terhadap nuklir energy di buat dalam catatan yang di publikasi dengan judul “Nuklir Tidak Habis Pikir” sosok cerdas ini sudah mampu melihat peluang dalam mengatasi masalah energy masa depan. Dalam seminar di gedung DPR-RI Dahlan Iskan mengatakan “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mau tidak mau harus dikembangkan penggunaannya. Kalau ingin memiliki energi yang handal dan murah maka teknologi nuklir menjadi salah satu jawabannya,”

d. BJ Habibie di kenal dengan bapak Teknologi dan Demokrasi, pemilik banyak hak paten di bidang teknologi penerbangan, membawa Indonesia dalam masa-masa transisi yang kritis menuju perbaikan. Pernah menjadi presiden, mentri, pendiri habibie center dan banyak lagi kegiatan-kegiatan yang mempu memberikan sesuatu bagi kemajuan bangsa indo nesia, untuk nuklir dan PLTN beliau berkomentar“Saya berpendapat sudah waktunya dikeluarkan deklarasi mengenai PLTN ini. Saya mendukung penuh pembangunan PLTN, karena sudah tidak ada jalan lagi,” kata Habibie usai seminar bertajuk ‘PLTN Menjamin Ketahanan Penyediaan Listrik Nasional’ di hotel Grand Melia, Jakarta, Rabu (3/1/2010) okezone.com

e. Komaruddin Hidayat. adalah rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dalam bukunya “ Apa Kata Mereka Tentang Nuklir” membahas pentingnya pemanfaatan energy nuklir untuk kesejahteraan. Dalam acara bedah buku tersebut beliau mengatakan “Makanya saya katakan orang yang menolak pembangunan PLTN sama saja anti kemajuan. Bagaimana mungkin industri bisa berkembang tanpa dukungan energi yang cukup, ”

Dan banyak lagi tokoh-tokoh pemimpin yang memandang perlu penerapan teknologi nuklir di berbagai bidang tak terkecuali di bidang energy, penulis tidak mengatakan mereka yang di sebutkan di atas adalah pemimpin yang sempurna, tapi setidaknya ada nilai-nilai penting yang telah terbukti mereka berikan bagi dunia dan bangsa ini. Tinggal kita sebagai masyarakatlah yang harus pandai-pandai memilih dan menilai sosok calon pemimpin negri ini di masa datang, dalam sains dan teknologi di kenal istilah Kalibrasi dan Verifikasi , Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Tidak bermaksud menyamakan manusia dengan benda atau alat, tapi tidak kah kita bisa jadikan ini sebagai salah satu teknik dalam memilih pemimpin.

Sekali lagi, sudah saatnya bangsa ini “sadar energy”, tentunya di sadari bahwa mewujudkan sebuah sebuah sumber energy massif dari pemanfaatan nuklir  tidak dapat di lakukan dalam waktu singkat. Oleh karena itu dalam dunia PLTN ada istilah “Sekarang atau Tidak selamanya”. Dan penulis dari 10  tahun mengikuti diskusi mengenai isu ini telah memilih opsi “Sekarang”. Ya sudah saatnya bangsa ini untuk “Go Nuclear”.

Pengurangan 12 Huruf

Huruf Abjad Indonesia akan dikurangkan menjadi 12 huruf saja (sumber: PPI Jerman & KAIST INA) <– http://www.facebook.com/groups/kaist.indonesia/
——————————————————————————–

LIPI (Lembaga Ilmu Penyederhanaan Indonesia) akan memformulakan aturan baru dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Salah satunya adalah mengurangi jumlah abjad pada bahasa Indonesia.

Abjad yang digunakan saat ini berjumlah 26. Para pakar Komunikasi merasa Ke-26 abjad tersebut masih terlalu banyak, lagipula ada beberapa abjad yang jarang digunakan.

Pertama, huruf X, diganti dg gabungan huruf K dan S. Kebetulan hampir tidak ada kata dalam bahasa Indonesia asli yg menggunakan huruf ini, kebanyakan merupakan serapan dari bahasa asing. Misal taxi menjadi taksi, maximal menjadi maksimal.

Selanjutnya, huruf Q diganti dg KW. Kata-kata yang mengunakan huruf ini juga sangat sedikit sekali.

Huruf Z. Huruf Z diganti menjadi C. Tidak ada alasan kuat tentang hal ini.

Huruf Y diganti dg I. Hal ini dilakukan sebab bunii huruf tersebut mirip dengan I.

Lalu huruf F dan V keduania diganti menjadi P. Pada lepel ini masih belum terjadi perubahan iang signipikan.

Hurup W kemudian diganti menjadi hurup U.

Berarti sampai saat ini kita sudah mengeliminasi 7 hurup.

Hurup iang bisa kita eliminasi lagi adalah R, mengingat baniak orang iang kesulitan meniebutkan hurup tsb. R kita ganti dengan L.

Selanjutnia, gabungan hulup KH diganti menjadi H.

Iang paling belpengaluh adalah hulup S iang diganti menjadi C.

Hulup G juga diganti menjadi K.

Dan hulup J juga diganti menjadi C.

Caia laca cudah cukup untuk hulup-hulup konconannia.
Cekalank kita kanti hulup pokalnia.
Cuma ada lima hulup pokal,A,I,U,E,O.
Kita akan eliminaci dua hulup pokal.

Hulup I mencadi dua hulup E iaitu EE. Cementala hulup U mencadee dua hulup O iaitoo OO.

Cadi,campe cekalank, keeta belhaceel menkulangee hooloop-hooloop keeta. Kalaoo keeta tooleeckan lagee, Hooloop-hooloop eeang telceeca adalah : A,B,C,D,E,H,K,L,M,N,O,P,T.

Haneea ada 12 belac hooloop!! Looal beeaca bookan? Padahal cebeloomneea keeta pooneea 26 hooloop.

Eenee adalah penemooan eeank cankat penteenk dan cikneepeekan! Co,ceelahkan keeleemkan tooleecan anda denkan menkkoonakan dooa belac hooloop telceboot.

kala kala manucia alay hulup hulup belkulang

loaaal beecaa! coopel cekalee

celamat malam ..calam cejahtela untuk cemua ….

(Disadur dari Paskibra Aloysius)

Entrance Region

Cold Experiment

Quenching Experiment

Berawal dari “ditendang” dan maknanya (part 2 : selama dan setelahnya))

Terakhir pada upload di blog saya tanggal 29 Maret 2012 di kalimat akhirnya saya tulis “cerita bakal berlanjut, seputar pengalaman berharga saya selama 1,5 bulan di Korsel dan akhirnya ketemu juga makna “ditendang” tadi” , and ternyata untuk nulis butuh kondisi badan, hati dan fikiran yg jernih ya? Atau bahasa anak muda sekarang kudu sedang “em-muud”. Gila juga ya, dah 3 bulan hampit saya baru pengen nerusin lagi itu cerita, sementara pengalama2 dan perasaan yg terkait dengan prosesi selama 1,5 bulan di Daejeon dah mulai luntur. Tapi, janji adalah janji, ya sudah saya tetap harus menuliskannya dan tentunya dengan segala kekurangannya.

Tiba di Daejeon, pada musim dingin bukanlah hal yang menyenagkan ternyata, terlebih kostum yg saya pake untuk udara di daerah pucak bogor, jadinye menderita deh. Tapi, meski dengan Manahan dingin, dan pengen pipis, setiba di Daejeon, teman saya Miss. Ai Malani dah ngejemput dan nganterin ke dormitory-nya KAIST, nama “Hwaam-Dom” dormitory, dan ini dormitory putra yang jaraknya terjauh dari main campus. But, tempatnya nyaman banget, saya tinggal di lantai 1 gedung dua, jadi ruangan R.2105. Ruangan tersebut semestinya untuk dua orang, namun atas kebaikan professornya Ai, bias buat sendirian. Lumayan juga untuk 1,5 bulan saya bayar 400.000 won. Ini harga jauh lebih murah ketimbang saya tinggal di hotel bintang dua, kelebihannya lagi ada kantin mahasiswanya yg lumayan murah untuk sekali makan (maksimal 4500 won) dan ternyata Bis Limousine yg KAIST punya untuk antar jemput mahasiwa juga mampir ke Dom ini, gile itu bis limousine and antar jemputnya dari jam 07.50 ampe jam 03.00.  Jadi kalo mau pulang dari kampus jam 03.00 juga masih ada bis. Kelihatan banget, mahasiswa di sini dimanjain banget sama pemerintahnya, sampe kampus punya anggaran untuk sewa bis dan mengadakan bis yg jenisnya “limousine” tadi untuk antar jemput mahasiswa di dalam kota (bukan di dalam kampus) yang menghubungkan semua asrama-asrama dan kampus utamanya. Jadi, memang gak ada alesan untuk bilang gak ada ongkos atau gak ada kendaraan, semua sudah di siapin. Hari pertama, setalah mengambil kunci dan menyimpan koper di dormitory, hari itu juga langsung meluncur ke kampus, dan langsung mengikuti seminar mingguan mereka. Oh, ya tempat yang bakal jadi medan belajar saya selama 1,5 bulan adalah lab. Riset yang di pimpin oleh professornya Ai Melani, namanya Prof. Soon Heung CHANG, Ph.D dan Lab. Riset Energy System Design and Safety (ESDAS), Department of Nuclear & Quantumn Engineering (NQe. ) KAIST, Build. N7 Room.2418, alamat Gwahangno 335 (373-1 Guseong-dong), Yuseong-gu, Daejeon 305-701. Kegiatan riset di ESDAS Lab. Memang menjurus kea rah Nuclear Technology Safety, khususnya di bidang Heat Transfer yang berfokus kepada Critical Heat Flux (CHF) dan System Design. Tentunya pula kenapa saya memilih program ke ESDAS jelasnya memang relevan dengan aktivitas riset yang saya lakukan semenjak saya bekerja di BATAN dan relevan dengan tema studi S3 saya di DTM FTUI Depok. Kegiatan pokok saya, tentunya melakukan riset bareng dan berdiskusi dengan mereka, khususnya di bawah bimbingan Prof. Chang terkait hasil-hasil penelitian S3 saya selama ini, dan goalnya adalah validasi paper internasional saya untuk syarat S3 dari pengalaman dan masukan teman2 di ESDAS.

Oke deh, balik hari pertama tadi, saya akhirnya berkenalan dengan anggota Lab.ESDAS, dan sekaligus saya juga disediakan tempat dengan mereka. Tadinya sih mau diberikan diruangan peneliti khusus, namun saya tolak karena pengen lebih dekat dnegan mahasiswa S2 dan S3 di Lab. ESDAS, tokh ogut juga kan masih mahasiswa (belakangan nyesel juga, ternyata di ruangan yg saya tolak berisi cewek2 cantik….huaaaaa, nasiip). Oh ya teman2 mahasiswa S2 dan S3 saya selain Ai Melani yang orang Indonesia, saya gambarkan di bawah seklagus posisi duduk saya.

web: http://esdas.kaist.ac.kr/xe/index.php

Usia mereka rata-rata di bawah 30 tahun (gue tua sendiri jadinye nih). Syukur, ternyata mereka semua teman-teman yang baik, dan selalu siap sedia untuk membantu saya. Sikap dan kehangatan mereka dalam berteman dan terhadap tamu patut dijadikan contoh, jika suatu saat kita juga menerima tamu dari luar negeri yg belajar dan bekerja sama dengan kita.

Setelah di minggu pertama saya di ajak muter-muter oleh Ai, sekigus juga mengurus soal dormitory, kartu pengenal (security card) yg saya bisa akses ke mana aja dengan menempelkan kartu pada pintu-pintu setiap ruangan di KAIST maupun di dormitory. Intinya, semua serba dimudahkan dan dilancarkan. Belum fasilitas mahasiswa untuk makan, olah raga, dsb serba lengkap. Soal jajanan lebih menarik lagi, bahwa harga-harga makana dan minuman di dalam kampus ternyata di subsidi oleh kampus sebesar 30%. Jadi kalo saya beli jus jeruk 1,5 liter di toko2 24 jam yg harganya 5000 won, di dalam kampus jadi 3000 won. Dan hanya rokok aje yg gak di subsidi (busyet dah), namun harga rokok lebih murah dari harga makan, rokok paling mahal 2500 won, makan paling murah 4000 won. Beda dengan di kita, rokok 13.500, nasi bungkus 8000 rupiah dah dapet. Intinya semua kondisi di KAIST memaksa semua mahasiswa untuk focus belajar dan hidup dalam rutinitas yg tidak menjemukan. Kok, enggak menjemukan? Karena itu tadi, semua fasilitas sudah disiapkan, seperti warung burger aja buka sampe jam 02.00 pagi. Terus di dalam lab sendiri, yg namanya kopi, teh atau bahan2 untuk minuman sudah selalu tersedia. Semua nampaknya Negara yg nyiapain, entah gimana tuh caranya. Iklim kompetisi juga berkembang dengan baik, dan tidak saling sikut. Terus yg saya lihat, teman2 Korea lebih “humanis” ketimbang ketika saya dulu sekolah di Negara sakura. Saya dan teman-teman di lab., masih punya waktu luang untuk sekedar ngobrol (Selain diskusi) dan kadang diajak makan bareang di luar, sehingga rutinitas yang saya ikuti tidak menjemukan. Komitmen terhadap diri mereka sendiri terlihat sangat kuat pada diri mereka, soal dating jam berapa dan pulang jam berapa saya lihat bukan menjadi urussan pokok. Tapi, tugas yg dikerjakan harus selesai dengan baik dan tepat waktu. Alhasil, saya sebelum berangkat masih membawa paper yg kasar untuk jurnal internasiional, waktu di korea, saya memperbaiki jurnal tersebut, malah bisa dibilang, “merombak” paper awal saya. Banyak perhitungan yg saya lakukan ulang, dan memasukkan analisis baru hasil diskusi dengan teman-teman disana. Kalo di Indonesia, baca jurnal begitu susahnya konsentrasi, selama di korea lumayan banyak jurnal yg terbaca dengan baik. Sehingga paper saya mengalami banyak perubahan, dan terkahir diperiksa dan dikoreksi oleh supervisor, dalam hal ini Prof. Chang yang kebetulan, selain professor KAIST beliyau juga Presiden Asosiasi Nulklirnya Korea (gile bener nih, ketemu ma biangnya langsung).

Biar rada singkat, detial2 cerita lain gak saya masukin deh, intinya dengan makna “ditendang” adalah, keberadaan saya di selama di korea adalah proses re-boot dari otak, mentalitas dan suasana yg selama ini sudah mulai menjenuhkan, apapun alasannya. Kondisi belajar di Negara orang dengan culture dan kondisi yg berbeda memberikan semangat baru dan motivasi baru dalam diri saya, dan saya baru faham betul, kenapa Prof. Raldi memaksa saya harus ke luar negeri selama mengikuti jenjang sekolah S3 ini. Selain untuk me-reboot kondisi saya yg kurang menguntungkan, juga sekaligus memvalidasi pekerjaan saya selama ini kepada institusi yang dianggap lebih faham akan riset saya dan sekaligus netral dalam hal ini ESDAS Lab., KAIST.  Selain saya jauh lebih pede tentunya juga banyak hal yang bisa ditularkan kepada teman2 di Indonesia atau berbagi pengalamanlah istilahnya.

Jadi ditendang di sini adalah istilah untuk kita hijrah dari kondisi diri sendiri yg kurang baik, untuk sementara naik ke level energy tertentu hingga kita recovery dan kembali dengan kondisi yg lebih fresh dan highly motivated. Jadi, jangan sungkan2 untuk pindah dari zona yg kita anggap aman yg sebetulnya secara pelan2 membunuh kreativitas kita, untuk segera pindah ke zona yg kelihatannya tidak nyaman, tapi justeru akan memberikan kemampuan kita untuk membuat kreativitas2 baru dan berguna. Semoga pengalaman ini bermanfaat untuk saya pribadi dan keluarga, serta teman2.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Mie Aceh Goreng…GRATISAN

Ada cerita yg boleh dibilang unik atau apa yaaa..?, hari Jumat 15-06-2012 setelah seharian nungguin asesor yg lagi ngasesorin kampus gue and program pendidikan yg gue jalanin, akhirnya gue baru bisa on-line di ruang belajar lab. ahtrg dtm-ftui and sejak sore itu ampe jam 21.30-an gue ngoprek2 tugas dari prof. gue plus juga bantuin temen yg mau sidang s2 selasa depan. Akibatnye gue ampe lupa makan, kira2 jam 21.40 gue meluncur keluar dari dtm pake motor (dibonceng temen gue itu, yg emang jadi ojek pribadi gue, sori bro) nyampe ke persimpangan di belakang kampus gue (lumayan hemat goceng). Biasanye setelah kita berpisah, gue langsung naik angkot 04 yg ke arah perumanas depok, di depan indomaret gue ganti agkot 03 menuju parung, dan kalo lewat jam 21.00-an pastinya gue ngojek untuk nyampe ke rumah gue (hhhmmm….my life is so wonderful pokoke).

Nah, ini cerita dimulai pas gue turun dari angkot 04 tepat di depan indomaret, meski laper, gue pengen buru2 ke rumah karena dan deket2 jam 22.oo rencana di rumah mau buat mie goreng instan pake telor dan beberapa sayuran yg ada di kulkas (maklum, anak 4 biasanye menu di rumah jam segituan dah ludes di lahap anak2 gue). Indomaret lum tutup, gue masuk buwat beli susu kedelai and lumayan buwat ganjel perut yg rintihannya dah ilang-timbul agar tenang. Namun yang tadinya sih gue mau pindah naik angkot 03 ke parung, ekh gak sengaja diseberang jalan ada warung and gue liat ade tulisannye gede “MIE ACEH” pas di sebelahnya ade mobil Alphard, waaah emang pas lapar banget tapi nafsu makan agak kurang sih sebenernya karena telat makan tadi, namun dan tetapi karena liat tulisan itu, perut gue berontak dan nagih lagi dan dalam sekejap selera makan juga naik, significantly…bujugg gue bilang.

Bergegas gue nyebrang jalan (sambil liat kanan-kiri) and langsung tanpa ba-bi-bu, meluncur deh gue ke dalam warung. Setelah basa-basi ame tukang mie aceh tersebut, akhirnya gue mesen mie aceh special (tadinya pengen roti cane, tapi dah habis). Di dalam watung yg kecil itu keliatan tamunya cuman satu orang. Gue cuman senyum aje tuh sama tamu yg kebetulan babe2 dah tua, tapi dandanannya model konglomerat Bob Sadino (celana pendek and kemeja dikeluarin kayak anak muda) namun perawakannya kecil, gak kayak Om Bob yg rada2 gemuk berisi, and doi lg baca koran and pula rupanya doi dah nyantap sepiring, kliatan dari bekas piringnya, sama-sama mie aceh goreng. Gue segera duduk, dan dikarenakan ruangan warung yg gue bilang tadi agak2 sempit, posisi duduk gue ngebelakangin tuh babe2 (agak kurang sopan sih), tapi bodo akh gue dah laper, sambil nunggu pesenan, gue nonton tv metro (maksudnya Metro TV, karena channelnya itu aja yg dipanteng ame tukang mie aceh) dan acaranye pas kick andy and then tamunya juga Mentri BUMN…siapa lagi kalau buka bapak Dahlan I, yg ngebahas aksi2 fenomenal sang mentri oleh om Andy. Gak kerasa gue nonton and tak lama kemudian pesenan gue akhirnya nongol juga, yaitu mie goreng aceh special plus piring kecil yg isinye acar bawang merah, potongan timun, jeruk limo and emping (my favorite). Tapi sebelum gue sempet ngelahap tuh mie, tiba-tiba tuh babe berdiri dan ngomong ma gue gini “selamat menikmati pak…..”, gue sontak kaget and sambil tersenyum gue jawab (biar keliatan sopan), “terimakasih pak”. Setelah itu, doi terus bayar and ngacir dari warung. Agak kepikiran juga ma gue, wah jangan2 itu yg punya warung? tapi bodo amat amat akh, gue santap aje tuh mie dengan lahap, entah karena lapar atau emang mienya enak (kayaknya sih enak, dibanding mie aceh yg gue makan dibeberapa tempat di depok) and dalam sekejap itu mie dah ludes dan bersemayam di perut gue, sehingga cacing2 di dalam perut menjadi tenang dan damai. Abis makan ya terus minum, kebetulan gue tadi sempet beli susu kedele and langsung gue teguk tuh susu, and as usual dunia gak lengkap kalo abis makan gue gak ngebul. Kemudian, pas rokok gue mendekati puntung, saatnye gue kudu naik angkot 03 dan karena tenaga dah pulih, bergegas tas gue yg rada2 berat dikit itu gue panggul, and mau bayar, maklum dah jam 22.50 lewat cing. Ekhhh, pas gue mau bayar, itu tukang mie aceh bilang, “sudah pak…. mie bapak dah dibayarin sama bapak2 itu tadi?”  Wuiihhh…? jadi bengong gue and plus gaya melongo? kok bisa ya?, kenal juga kagak and wajahnye aje ampe sekarang masih gak keingetan, yang keingetan tuh cuman fostur and dandannye aje. Aneeehh…gue bilang, and meski kondisinye masih ngebingungin gitu gue masih sempet bilang ke tukan mie aceh, “terimakasih pak, mie bapak enak banget” jawab doi “sama-sama pak”. And kemudian, dalam hati gue bersyukur bahwa ada rezeki yg gak diduga2 nongol. Mungkin karena tampang gue agak kucil, and beliyau fikir gue bokap2 yg abis berantem ma bini dan di usir ma bini kali yee, tapi masak sih? Dandanan gue rada keren dikit akh padahal, pake sweeter merk “KAIST Campus” dengan kerah batik gue yg gue tongolin plus celana item, masak sih? Bodoh akhh, bikin bingung aje.

Tapi, pas gue keluar warung itu Alphard tadi yg nangkring di sebelah warung dah gak ade?…Hhhhmmmm, siapa ya kira2 babe2 itu tadi? semoga doi diberkahi kesehatan, umur panjang dan kebajikan. Amin. MAKASIH BEEEHH……

Depok, depan Indomaret, 15 Juni 2012

Berawal dari “ditendang” dan maknanya (part 1 : sebelum berangkat)

Sudah dua bulan lebih dari tulisan terakhir saya bulan Januari lalu, saya baru ada mood lagi. Teringat soal galau akademik dan minder ilmiah yang saya tulis, kemudian masa depan memang sama sekali tidak yang bisa memperkirakan. Semua terjadi dengan semestinya dan mengalir seperti aliran sungai yg berawal dari mata air kecil di pegunungan hingga ke muara laut, aliran air yg berliku-liku, melebar-menyempit dan membawa bermacam-macam material dengan segala persoalannya. Namun, sekali lagi, air tetap akan ke laut juga. Inget terus omongan Prof. Raldi, soal “proses” dan “kerja”, ibarat perjalanan air sungai itu juga kali ya apa yg beliyau maksud. Beliyau memang unik, setelah saya berkativitas di kampus lagi after the storm of galau, tetep aja beliyau bicara bahwa saya harus ke luar negeri,”ngapain kek” katanya, yg penting elo gaul dan kudu gue “tending” dari sini. Sempet tuh sambil berkelakar meminta daua sohib saya, Nata dan Ridho untuk mengeksekusi saya dalam hal “ditendang” dari kampus untuk ke LN. Jujur saja, waktu itu kepikiran males juga ninggalin keluarga (dengan 4 anak) dan kondisi fikiran dan pengen lulus aja, tokh saya fikir saya juga dah disekolahin juga di LN meski cuman 3 tahun di Jepang, juga sudah ke beberapa Negara. Pada saat itu memang saya belum ngeh bentul maksud Professor saya yg nyentrik itu, didukung pula oleh Prof. Nandy dengan tugas tambahan nulis “dibawah pohon apel”, busyet juga deh.

Foto dengan teman-teman master dan candidate doctor di ESDAS Lab. KAIST

Iseng-iseng pas buka SIAK-NG ada pengumuman soal AUN-ROK alias tawaran exchange fellows program ke Korea (ROK: Rep.of Korea), dan pada saat itu juga saya lagi apply proposal riset insentif 2012 (biar gairah nge-riset-nya0, finally saya applied juga tuh program. Gimana enggak di apply, kalimat “ditendang” itukan selalu terngiang-ngiang ditelinga saya. Rada pontang panting dikit akhirnya syarat2 saya sipin dan saya diurutan 13 pas narok berkas di rektorat. Yg bikin menarik dari formulir AUN-ROK adalah disamping tanda-tangan saya kana da tanda tangan Rektor UI, saya fikir, kapan lagi bisa bersandingan tanda tangan dengan orang nge-top (emang beliyau lagi ngetop sih akhir2 ini). Pokoknya dua program udah saya apply, jujur sih pengennya Riset Insentif saya diteriam (padahal nyiapinnya cuman 3 hari) dan yg ke LN kagak aja deh (dengan persiapan juga 3 hari). Tokh saya fikir salah satu dari itu tetep membuat saya bakal bergairah, kalo disuruh milih ya mending tetep di Depok sih.  Gal kerasa waktu pengumuan dan dateng, dan ternyata proposal riset saya gak diterima. Lemes juga sihm ya sudahlah saya terima aja dengan lapang dada, mengingat persiapannya juga pas-pasan. Ekh gak disangka gak dinyana, ternyata AUN-ROK saya yg malah diterima, busyet dah, malah kebalik dari yg saya inginkan. Makanya, soal masa depan emang gak bisa ditebak or ditentuin. Saya Tanya ke panitia sambil iseng ada berapa yg apply? Wow ternyata ada 200-an dari seluruhperguruan tinggi anggota AUN, oh ya AUN itu Asian University Network (linknya ini: http://www.aun-sec.org/) anggotanya ada 26 PT se-asean. Dari Indonesia ada 4, UI, ITB, UGM dan Airlangga. Fellow yg diterima cuman 6 orang, singapur 3, Malaysia 2 dan Indonesia 1 (gue kebeneran, dari UI lagi). So, rada bingung, apa yay g bikin gue diterima? Ups baru nyadar ternyata dalam aplikasi saya udah masukin surat undangan dari perguruan tinggi di Korea yg bakal saya datengin. Dari KAIST, Korean Advanced Institute of Science and Technology yg ternyata KAIST urutan ke 90 dunia, saat ini nomor 1 di Korea. Surat saya peroleh dari Professor KAIST atas bantuan temen saya yg lagi S3 disana, yaitu Ms. Ai Melani (maaf saya pake Ms. Untuk menunjukkan bahwa doi masih jomblo) juga email saya langsung ke Profesornya Ai disertai attachmen 2 paper terakhir saya yg berbahasa Inggris, maka keluarlah surat itu. Nah, sekai lagi gak ada yg bisa nebak, dan dampak “ditendang” bakal saya alami deh.

Meanwhile, sebelum berangkat saya juga masih ada beberap komitmen dengan tempat saya ngajar untuk segera menyelesaikan semua bimbngan saya, agar ke depan urusan saya bisa lebih focus ke penyelesaian study saya sendiri. Kadang lucu juga, gue asik-asik minta ke student gue agar buru2 selesai studinya, ekh gue sendiri malah “klemar-klemer”. But, shows must go on dan segala komitmen dengan mereka kudu saya selesaikan sebelum saya berangkar ke Korea. Alhamdulillah, berkat bantuan kajur TM tempat saya ngajar, mereka finally bisa pada sidang dengan hasil yg memuaskan (emang tuh anak2 pada bagus2 sih). Bayangin 3 hari sebelum saya berangkat dilakukan sidang, sampe habis waktu saya untuk keluarga yg mestinya malah saya bisa berleha-leha dengan mereka sebelum berangkat, ini mah malah diluar ngurusin anak orang, anak gue juga sih. Anyway, semua berjalan dengan semestinya, dan permohonan maaf yg sebesar-besarnya kepada anak2 dan istri saya yg masih jauh dari seorang ayah yg baik.

Kemudian, tepat tanggal 19 Februari 2012 saya udah ada di Soetta, pesawat Koran Air malam berangkatnya. Lucunya, meski sebelum berangkat (hari minggu) saya masih sempet jalan2 ke BSD ma anak istri, namun pas mau berangkat saya malah nongkrong hampir 3 jam di tukang cukur (tuh tukang cukur biasanya sepi, tumben ngantri….). Sampe Taxi nungguin saya. Belum lagi saya sendiri juga gak sempet pamit ke Sensei saya, waduh durhaka bener nih saya saya fikir, ya itu tadi, menyelesaikan komitmen dengan para mahasiwa bimbingan saya. Senin, 20 Februari saya akhirnya tiba di Incheon sekitar jam 8-nan kurang (keluar dari bandara) dan naik Bisk e Kota tempat KAIST berada, yaitu Daejeon. Jaraknya sekitar 2,5-3 jam pake Limousine Bus (22.100 Won harga tiketnya). Diperkirakan saya sampe ke Daejeon jam 10-11 an bis dari Incheon jam 8.25 dan saya dah janjian di Halte Lotte dengan Ms. Ai Melani yg katanya merindukan saya. Oh ya, kenapa saya kenal Ai, karena doi pernah riset bareng di lab. Termohidrolika Eksperimental BATAN dengan saya dan temen2 di sana, dalam rangka studi dia di KAIST tentunya. Terus, ternyata nyampeke Incheon udara lumayan dingin banget, ampe -7 derajat celcius? Mana gak bawa jaket tebel, pake jaket biasa aje. Busyet dah, bener2 gemeteran tuh badan.  Sambil nahan dingin dan duduk termenung di dalam bis, termenunglah, mikirin kayak apa perjalanan saya selama 1,5 bulan di Korea ini dan apa makna “ditendang” tadi? Masih belom kepikiran.

== cerita bakal berlanjut, seputar pengalaman berharga saya selama 1,5 bulan di Korsel dan akhirnya ketemu juga makna “ditendang” tadi ==

Daejeon, South Korea

March 29, 2012

How High and How Low can we go with Heat Transfer

(a lecture note from : Course of Thermal Engineering Science and Two Phase Flow, conducted by Professor Dr. Raldi Artono Koestoer,DEA in Eng.Faculty, Indonesia University, Depok, January 10, 2012)

Kecelakaan reaktor nuklir pada tahun 1979 di USA yang menyebabkan melelehnya sebagian teras di PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Three Mile Island unit 2 (TMI-2) telah menjadi kejadian yang terus dievaluasi untuk peningkatan performa keselamatan reaktor nuklir. Penyebab dasar dari kejadian TMI-2 adalah gagalnya sistem pendinginan[1]. Kemudian peristiwa yang sangat mengejutkan yang terjadi pada tahun 2011, adalah kejadian kecelakaan di PLTN Fukushima Dai-ichi yang sekaligus menimpa 3 unit PLTN akibat gempa[2]. Meskipun skala gempa mencapai 9 skala Ritcher namun sistem pengendalian teras berjalan baik, dimana teras mengalami pemadaman reaksi fisi (shutdown) dan listrik di PLTN padam (station blackout). Sementara, panas peluruhan (decay heat) yang tersisa sekitar 7% dari daya nominal harus didinginkan melalui pompa sirkulasi yang merupakan sistem pendinginan aktif. Pompa pendingin bersumber dari listrik genset dan berjalan sekitar 40 menit, namun ketinggian air tsunami melebihi prediksi dan masuk ke area PLTN. Banjir akibat tsunami ternyata menghantam instalasi genset dan sekaligus merusak genset yang berlanjut pada padamnya sistem pendingian panas peluruhan diteras. Kejadian ini menyebabkan gagalnya sistem pendinginan aktif. Gagalnya manajemen termal pada akhirnya menyebabkan ledakan gas hydrogen dan menyebarnya radiasi ke lingkungan (manajemen penahan radiasi gagal).

oret2an dari kursus HT Prof. Ral

So, kelihatan banget kalo ngeliat tulisan gue di atas (diambil dari pendahuluan buwat proposal riset ristek), betapa pentingnya memahami konsep kalor. Sebagian kita memandang bahwa persoalan perpindahan kalor hanya bagian dari kehidupan saja, seperti pepatah untuk api, kecil jadi kawan besar jadi lawan. Untuk kalor saya punya pepatah sendiri, kecil berguna dan besar jauh lebih berguna, kecil tetep panas dan besar pasti lebih panas. Rata-rata sistem konversi energi yang mengkonversi energi termal menjadi energi kinteik-eletrik, selalu berhadapan dengan persoalan bagaimana kalor itu berpindah. Setelah itu bagaimana mengelolanya (thermal management). Kali ini di Lab. Applied Heat Transfer Research Groups DTM-FTUI, Prof. Dr. Raldi A. Koestoer, DEA berkenan memberikan semacam kursus singkat namun padat. Judul kursusnya keren juga : “Course of Thermal Engineering Science and Two Phase Flow”. Kalo ngebaca judulnye pasti kite kepikiran bahwa, yg diomongin melulu rumus-rumus dan gambar2 yg ngejelimetkan, tetapi Prof. Ral menyampaikannya kepada kita tetunya dengan dimensi yg berbeda dari yg mungkin dosen lain lakukan. Ada sih coret2annya dari lecture beliyau, sbb.: Dari gambar bahwa, persoalan Heat Transfer (HT) memang tidak bisa berdiri sendiri, menyangkut indisipliner keilmuan, dari teknik, mipa sampe sosbud. Bujug deh, gimana bisa ya? Gini, dari yg saya tangkep, selama kalor itu mengalami proses perpindahan dari sumbernya (katakanlah dari teras reactor) kemudian manasisn air dan air jadi uap buwat muter turbin, terus di konversi ke listrik dan terus dialirin ke mana-mana, pabrik, rumah tangga, sekolahan dll., ternayata selama proses perpindahan dan konversi energinya, banyak melibatkan interdisipliner keilmuan. Gak mungkin dunk PLTN di bangun kalo masalah sosbudpol-nya gak diselesaikan, lha wong pembangkit biasa2 aje juga kadang di demo terkait pembebasan lahan dan kesempatan kerja oleh masyarakat sekitar, lom lagi ada oknum2 yg mau jual bangsanya agar kita gak kan pernah mandiri energi, refot emang. Makanya, terkait soal itu kerjasama dan penerapan berbagai disiplin keilmuan kudu digunakan, gak bisa melulu orang mechanical or nuclear engineering yg ngatasin. Balik lagi ke HT, aspek keilmuan tekniknya saja udah berjibun yg kudu digunakan, belum lagi sciencenya. Namun Prof Ral menjelaskan dengan caranya sendiri, bahwa tidak semua persoalan dasar atau hulu istilahnya kudu kita lakukan dulu, bisa bypass, dan mencari apa saja yg kita perlukan. Konsep HT dalam penguasaannya sebenarnya bagaimana memahami secara benar dan gambling (komprehensif) perilaku kalor saat berpindah baik itu kondisi stedi (stabil) atau un-steady/gak stabil/transien. Bagagaiman kalor itu berpindah jika difahami buntutnya akan lari juga ke arah geometric, luasan. Sehingga, jika ke peralatan konversi skala mini pemikirannya adalah bagaimana kita bisa pindahkan kalor secara besar-besaran melalui volume yg kecil, dengan memperluas bidang pelepasan kalornya. Ini tantangan untuk perkembangan ke arah pendinginan pralatan elektronika dan sistem pembangkit mini lainnya. Sedangkan pada kondisi massif, kondisi transien, bagiamana suatu kuatitas kalor yang begitu besar dengan sesegera mungkin bisa kita kurangi hingga ke batas aman melalui media dan geometri yg khusus.  Ini kasus pada kecelakaan PLTN atau pembangkit lain seperti yg disampaikan pada pendahuluan di atas. Selain, bahwa studi terkait keilmuan dan engineering adalah diutamakan dalam pemahaman dan penguasaan metode, sehingga nanti saat mengembangkan atau bekerja pada institusi masing-masing semua bisa dilakukan dengan metode sendiri-sendiri.

So, selain HT juga beliau mengkaitkannya dengan persoalan filosfi dan kereligian, bahwa kunci pokoknya selain pada usaha dan kerja keras juga ada pada dikabulkannya apa yg kita tuju. Untuk lengkapnya, saya sampaikan sajian presentasi Prof. Raldi.

Terimakasih Prof. Ral atas kesediaan untuk terus membimbing kami dan ngebawelin kami, thanks a lot.

Gunungsindur, 11 Januari 2012

Sifat Fisik R11 saat Saturasi (rada seriyus…)

Triklorofluorometana (freon-11 ,CFC-11, atau R-11) adalah suatu chlorofluorocarbon. Fase cair, tidak berwarna dan hampir tidak berbau yang memiliki temperatur didih di sekitar suhu kamar. R11 merupakan refrigeran yang digunakan secara luas pertama kali di dunia. Karena titik didihnya yang tinggi (dibandingkan dengan refrigeran lainnya) yang dapat digunakan dalam sistem dengan tekanan operasi rendah. Karena kandungan klorin yang tinggi dan karena mudahnya atom klorin berpindah ketika molekul terkena sinar ultraviolet, R-11 memiliki potensi penipisan ozon tertinggi dari refrigeran apapun, sehingga produks R11 diakhiri pada 1 Januari 1996.

Namun perlu juga diketahui sifat fisik R11 saat berada dalam kondisi saturasi, bersumber dari:

http://www.wolframalpha.com

http://webbook.nist.gov/chemistry/fluid/

Diperoleh gambar kurva hubungan tekanan saturasi dan temperatur saturasi R11 serta perubahan densitas R11 terhadap perubahan tekanannya.

“Galau Akademik” & “Minder Ilmiah” (curhat aje)

Istilah galau dalam bahasa Indonesia menunjukkan maksud bahwa kita dalam kondisi “gelisah”, “cemas”, “khawatir”, “resah”, “kusut” dan “was-was” atau kondisi yg memperlihatkan instability of morality (bener gak nih..tulisannye?). Sedangkan minder, bermaksud menunjukkan kondisi diantara “eweuh-pakeweuh” dengan “rendah diri”. Sedangkan bagi saya minder menunjukkan kurang kuwatnya hati atau merasakan ketidak mampuan diri yang amat sangat. Ini tulisan buat prologue aje biar rada keliatan ngilmiah gitu. Tapi, cerita yang sebenarnya adalah ane pengen curhat soal beberapa bulan ke belakang kondisi galau dan minder berkecamuk dan menyebabkan “blackout” dalam motivasi dan fikiran ane terkait studi (akademik) dan keilmuan yg ane tekuni (ilmiah). Juga hal-hal lain yang masih kefikiran terus.

Entahlah ane mesti mulai cerita darimane ye?, yang jelas seingat ane setelah ujian kualifikasi dalam fikiran berkecamuk segala hal, apalagi pasca kejadian gempa bumi di Jepang (ape hubungannye???), sekitar awal Maret 2011. Saat itu ane sering buwat state, bahwa ane sedang “disorientasi” (bahasa apa lagi ini?).  Gempa bumi yg ternyata hampir meruntuhkan jargon bahwa PLTN dikatakan sangat aman, ternyata menunjukkan karakter yg sebelumnya gak pernah diprediksikan orang-orang, termasuk yg ngedisainnya, saat itu reaktor Fukushima Dai-ichi (ane singkat FD-1) mengalami kecelakaan parah (severe accident). Dari aspek ilmiah, peristiwa tersebut menunjukkan gagalnya sistem pendinginan (manajemen termal) di reaktor nuklir pasca pemadaman reaksi fisi (shutdown), dan mengarah pada kecelakaan parah yang akhirnya melepaskan material radiasi ke lingkungan. Kaitannya dengan ane terus ape? Nah, kaitannye dengan ane adalah, semenjak sekolah sarjana ampe sekolah doktor sekarang, latar belakang riset ane adalah kecelakaan parah yg sebelumnya juga terjadi pada PLTN, tepatnya Three Mile Island Unit-2 (disebut TMI-2), di Amerika taon 1979 (hampir 31 tahun lalu). Meski peristiwa di TMI-2 enggak ngelepasin radiasi sebesar di FD-1, namun kegagalan manajemen termal (pengendalian panas) masih menjadi momok dalam kasus jika dan jika PLTN mengalami kecelakaan. Bayangin, modal kejadian di TMI-2 untuk riset ane yg boleh dibilang seumur hidup, belom tuntas, ekh ternyata ada peristiwa terbaru yang menunjukkan kondisi yg lebih parah dan tidak terbayangkan. Gimana ane gak shock? Pengennya output riset ane bisa memberikan kontribusi dalam pencegahan serupa jika terjadi kasus seperti TMI-2 melalui solusi dalam peningkatan manajemen termalnya,  ekh udah muncul kejadian FD-1. Seakan-akan yg ane lakukan menjadi sesuatu yg tidak berguna dan gak ada arahnya, maka timbulah perasaan “minder ilmiah” yang menguat sejak itu. Efeknya dari minder ilmiah yang ane alamin, menjadi kondisi “galau akademik” alias males2an ke kampus, bener-bener disorientasi deh. Ane selalu inget yg Prof. Raldy (Guru gue) diskusiin soal manajemen thermal, pengendalian kalor pada PLTN sangat unik kata beliyau, beda banget dengan pembangkit lainnya. Pembagkit lainnya, jika mengatur kalor umumnya dilakukan dari state 0% ke state 100% daya optimal. Sedangkan nuklir, beliyau bilang, ngendaliinnya dari state 100% daya ke 0% daya. Gue bayangin kalo di dunia penerbangan, kondisi PLTN kayak kita mau nge-landing-in pesawat kali ya, sedangkan pembangkit lainnya seperti mau take-off. Masalahnya adalah, kita sebenernye menerima kuantitas energi yg sudah sedemikian besar dan masif, dan mengendalikannya kea rah yang lebih rendah bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya pada kondisi normal (operasional) ilmu fisika reactor sudah sangat establish, sehingga dengan mengatur sifat kristis dari reaksi fisi dengan menggunakan batang kendali (BK) yg berisi Boron (menyerap neutron), dimana kalo BK nyelup semuanye ke dalam teras reaksi fisi terhenti daya dianggap nol (padahal masih ada decay heat), nah kalo itu BK dinaikin semuanya ke atas, maka daya optimal. Jadi dengan menaikkan dan menurunkan BK, proses pengendalian teras dan thermalnya untuk daya telah dilakukan pada kondisi steady-state (normal). Masalahnya kalo ada kecelakaan, meski BK sudah nyelup semuanya dan reactor dibilang shutdown, namun decay heat (sisa panas peluruhan) masih ada, dan nominlnya 10% dari daya optimalnya. Dalam kondisi transien seperti ini, pengaturan termal memerlukan disiplin dan keilmuan yg tinggi, jika gagal, maka TMI-2 dan FD-1 sebagai akibatnya. Gilakan, elmu yg ane gelutin? Bayangin aja, belum dapet hasil apa2 ekh kejadian baru muncul, sekali lagi, shock.

Okehlah, terlepas juga dari persoalan kejadian kecelakaan FD-1, minder ilmiah memang nampaknya juga sudah menjalar seperti wabah muntaber atawa DBD or fluburung. Memang ini ditunjukkan dengan rendahnya hasil2 riset dari saya dan temen2 yg sebagian besar tidak mampu untuk dipublish secara internasional, tentunya di jurnal yg ade impact factornya. Minder untuk kasus tersebut emang macem2 penyebabnya, umunya disorientasi antara tujuan cita-cita sebagai periset ame cari tambahan uang dapur, dan ini udah menjadi masalah klasik alias sejak jaman purba udah begitu adanye. Masalahnya solusi belum juga ade. Kemudian kejenuhan juga bisa sebagai penyebab, selain hal-hal laen seperti sibuk di partai atau di organisasi lainnya. Sehingga minat untuk terus menekuni jadi punah, dan ketika harus “bertanding” muncul minder ilmiahnya. Jadi apa yang dikerjakan, sepertinya hanya menggugurkan kewajiban saja, datang pagi pulang sore teng. Kondisi itu juga menyebabkan ane jadi disorientasi, karena pengap dengan keadaan seperti itu. Ini memperparah galau akademik, sehingga berbulan-bulan ane kurnag kontinyu ngampus. Meski kalo dibilang berkilah masih ade sih yg dikerjain, seperti melakukan eksperimen terkait studi ane, juga ngembangin lab.riset, dapetin hibah dan publish ke internasional conference melalui kampus tempat gue ngajar dan ngeriset. So, tetep aje ane salah, kewajiban untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan kampus tempat ane belajar sama sekali gak berjalan dengan mulus, dan sialnya bukan persoalan klasik penyebabnya alias gak punya ongkos, tapi itu minder ilmiah yg mengakibatkan kegalauaan akademik. Was-was, resah, cemas, khawatir dan gelisah saban mau ke kampus untuk memenuhi tuntutan akademik.

Namun yang namanya hujan pasti ada berhentinya, demikian juga dengan kemarau pasti ade ujannye. Akhirnya, Prof ane manggil (melalui Negara lain lagi, Austria). Setelah ketemu, semua galau akademis mulai sirna pelan-pelan, dan hal yang paling membuat ane terkesan dengan state Prof ane, beliyau bilang, semua harus dikerjain, kerja dan kerja, perkara hasilnya? Kalo bagus, Alhamdulillah, kalo jelek? Ane sudah memperoleh sesuatu dari kerja tersebut, justeru dari jelek or salah tersebut banyak hal yg bisa ane pelajari. Begitu kata beliyau. Finally, untuk minder ilmiah juga mulai berkurang, bahwa dengan adanya kejadian FD-1 akibat gempa besar di Jepang, menunjukan bahwa elmu itu emang gak ade batesannya, setiap peristiwa dalam kecelakaan adalah momentum untuk terus memperbaiki performa, prosedur dan aturan, termasuk juga sosial budayanya. Jadi, bener emang yg ane kerjain ternyata bukan sia-sia, dan masih banyak ceruk-ceruk yang harus diarungi. Dengan mantafnya kondisi akademik dan ilmiah, guna mempertahankan state kondisi, terpaksa beberapa kegiatan yg bisa dikatakan menyita waktu, fikiran, tenaga dan perasaan terpaksa ane shutdown juga, biar focus ceritanye. Apa lagi, kegalauan akademik dan minder ilmiah emang lagi mewabah di kampus tempat ane ngajar, dan persoalan yg muncul lebih banyak kea rah non-teknis, termasuk kerjaan yg perlu dikerjakan gak dikerjakan, dan yg gak perlu dikerjakan malah dikerjakan, dari pade puyeng, dan malu sama rakyat, ya sudah ditinggal saja dahulu. Tokh kewajiban ane kan buwat institusi yg nyekolahin ane. Terusan, telah dua bulan ini ane lakonin kewajiban ane di kampus, ternyata ada sesuatu yg ane sesali kenapa gak dari dulu dilakonin, yaitu “kekeluargaan” yg dimiliki oleh temen2 di AHTRG (http://appliedheattransfer.wordpress.com) dengan kehangatan, team-work dan flexibility yg menjadikan cikal bakal bagi institusi riset bergengsi di masa depan.

Alhamdulillah, seperti Sensei ane bilang, bahwa emang ane harus melalui proses semacam di atas dalam ber-studi, dan beliyau bilang jangan berkecil hati, pengalaman adalah guru yg terbaik, dan pengalamanpun gak kudu yg bagus2 saja, tapi termasuk yg jelek2. Thanks berat buat Sensei ane yg gak henti-henti memotivasi dan menegur dikala ane lengah dan teledor. Semoga keminderan ilmiah dan kegalauan akademik yang mengarah pada disorientasi cita-cita bisa ditepis berbasis pengalam jelek yang kemaren-kemaren. Please Allah help me and blessing me, also for the people I respect, I care and I care about.

17 Desember 2011, Gunungsindur Bogor.

thanks to: Hedriawan Anandaputra-DTM FTUI (yg ude ng-state galau akademik)

Video kucing…

Gak ade ide buat nulis, uda deh selingan ane coba up-load video via youtube. Sebenarnya sih pake WordPress juga bisa upload video, cuman kudu bayar..lumayan cinh setaon 56USD. Busyet dah…pake yang gratisan aje deh dulu. Upload video by youtube terus di link deh dengan wordpress. beresss and met nglihat deh. Tulis dunk komen2nye…

Aplikasi dari ANDROID, “Talking Tom Cat” suara gue aseli….

Videonya anak-anak, iseng katanye:

Moratorium PNS dan TKI Perlukah?

Mencuplik berita dan data dari detik.com, bahwa: “Jumlah PNS dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2003, jumlah PNS sekitar 3,7 juta orang, kemudian mengalami kenaikan menjadi 4,7 juta orang sampai 2011 ini. Dengan jumlah PNS yang gemuk otomatis juga menggerus anggaran belanja negara. Bahkan seratus lebih Pemda terancam bangkrut gara-gara APBD nya nyaris habis untuk belanja pegawainya”(http://www.detiknews.com/read/2011/08/25/120619/1710950/159/tidak-tegas-menyetop-pns). Kalimat yang menakutkan bukan soal dari 3,7 juta di tahun 2003 menjadi 4,7 juta di tahun 2011, kenaikan rata-rata hanya 2,66% per-tahunnya. Terlebih dibandingkan terhadap rasio pns dengan jumlah penduduk yang hanya 1,98% emang angka yg belum efektif. Yang menakutkan adalah statemen bahwa: seratus lebih pemda terancam bangkrut gara-gara untuk gaji dan belanja pegawai, ini yg sebenarnya menjadi momok atau pokok permasalahan. Kondisi tersebut, pada seratus pemda lebih, menunjukkan bahwa anggaran yang diperoleh salama ini seperti kita minum dari gelas yg sama, air yang kita tuangkan hanya cukup untuk minum saja. Padahal, semestinya dengan dana yang digunakan untuk menggaji pns tersebut harus lebih bisa menguntungkan, SDM harus juga dijadikan sistem yang produktif bagi pemda-pemda melalui pemasukan-pemasukan berbasis karya yang diciptakan oleh abdi Negara tersebut dengan memanfaatkan potensi daerah masing-masing. Atau ini karena adanya OTDA yang kebla-blasen, dimana suatu daerah hanya bisa menciptakan lapangan kerja tanpa bisa membuat keuntungan dari lapangan kerja yang dibuwat? Yang penting, ada pemekaran dan ada pemda, tanpa melihat potensi di daerah yang bisa diberdayakan melalui tangan-tangan abdi negara tersebut. Ironis memang.  Belum lagi, isyu semerbak yang beredar adalah adanya praktek-praktek kolusi dalam penerimaan cpns, tanpa mengindahkan kemampuan dan kualitas calon pegawai, jelas ini juga jadi biang kerok permasalah rendahnya SDM. Rendahnya kemampuan dan kulitas SDM akan mengindikasikan adanya “pengangguran terselubung”, pengangguran resmi, ber-pakaian dinas dan digaji melalui (sebagian besar) dari pajak-pajak. Aset daerah hanya bergantung pada penerimaan pajak inipun terkolerasi dengan kemampuan dan kualitas pns yang ada, tentunya jika kemampuan dan kualitas pns yang memadai, maka program-program yang bersifat pengoptimalaan sumber daya daerah yang digerakkan oleh sdm-nya dalam hal ini jalur birokrasi dan tata daerah yang bagus akan menyebabkan penerimaan daerah yang besar, sehingga kondisi pemda akan bangkrut bisa dihindari. Dalam detik.com, juga ditulis bahwa sebaiknya sistem penerimaan daerah di atur oleh pusat. Nah ini juga langkah yang patut dijadikan bahan pemikiran. Menurut saya alasannya adalah, bahwa dengan sistem nomor induk pegawai yang sudah “satu” dan “baku” selama ini, semua pns akan teregister di BKN. Daerah yang membutuhkan pns-nya mengusulkan ke BKN dalam bentuk proposal jumlah pns dan spesifikasi kerja apa yg diperlukan oleh pemda. Kemudian BKN akan melakukan evaluasi dan revisi jika ada hal-hal yang memang sebenarnya tidak diperlukan oleh pemda. Jika ini dilakukan, selain diperolehnya data pns di seluruh negeri secara akurat dan tervalidasi yg akan terkait dengan perhitungan keuangan daerah dan Negara, juga dihindarinya praktek-praktek kolusi dalam sistem penerimaan pns. BKN sebagai lembaga pemerintah yang mengurusi data dan administrasi pns di seluruh negeri semestinya diberikan peranan yang lebih kuat dan terkorelasi dengan Kementrian PAN.

Adalah hal yang menjadi bahan pembicaraan dan pemikiran bersama jika persoalan aparatur Negara sudah membebani anggaran yang semestinya sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur dan peningkatan ke-ekonomian dan kemampuan energi di daerah-daerah.  Melihat persoalan ini, nampaknya pemerintah pusat seperti kehilangan legitimasi dalam hal pengelolaan dan pengaturan aparatur nagara. Dan kesadaran bahwa kondisi ini adalah persoalan yang mesti jadi pemikiran bersama, tidak hanya pemerintah pusat atau pemerintah daerah, tapi semua elemen bangsa ini. Bayangka jika Negara mengalami kebangkrutan sebagai efek domino dari bangkrutnya pemda-pemda dan putusnya atau malah hilangnya pengaturan. Moratorium pns di daerah dan dibeberapa instansi pusat bukanlah jalan satu-satunya untuk mengurangidampak kebangkrutan pemerintahan daerah, namun perlu difikirkan metode yang jauh lebih baik dalam pengelolaan dan pengaturan seluruh aparatur Negara di pelosok negeri ini. Saatnya pemerintah pusat untuk lebih memperkuat legitimasi dan mengambil alih peranan dalam pengelolaan dan pengaturan pns diseluruh negeri. Bayangkan moratorium hanya menghentikan sesaat, penerimaan pns, yang bertujuan untuk penghematan anggaran pemda dan pemerintah hanya sesaat, dan masalah ini akan terus berulang jika belum ditemukannya metode yang lebih baik dalam manajemen kepegawaian Negara di negeri ini. Kuantitas pns tidak akan berpengaruh terhadap kinerja birokrasi jika kualitas pns tidak diperhatikan, tentunya anggaran untuk pns yang berkualitas akan lebih banyak lagi diperlukan.

Jika dibandingkan dengan moratorium TKI di luar negeri, sama-sama “penghentian”. Namun untuk konteks TKI sangatlah berbeda dengan kondisi dengan PNS, semakin tinggi kuantitas dan kualitas TKI maka semakin besar pendapatan Negara dari sector tersebut. Sedangkan PNS, pendapatan Negara dari sector aparatur Negara hampir-hampir hanya menghabiskan anggaran Negara. So, bagiamana menggeser “fungsi” PNS agar juga mampu meningkatkan penerimaan Negara seperti hanya TKI. Meskipun kita akui, persoalan TKI adalah persoalan yang lebih kompleks. Lihat tulisan saya di : https://juarsa.wordpress.com/2010/11/17/1-jiwa-indonesia-di-tanah-asing-adalah-seluruh-jiwa-bangsa/. tentang korban-korban penyiksaan hingga pembunuhan TKI di luar negeri. Mereka yang justeru mengahasilkan devisa Negara, malah perhatian dan empati dari pemerintah seperti berkurang. Sementara yang jelas-jelas memakan anggaran Negara untuk gaji dan belanjanya malah selama ini berlindung dan diperhatikan oleh pemerintah (Gaji 13, kenaikan 10-15% per-tahun) dan fasilitas2 lain yang resmi diberikan maupun yang tidak resmi digunakan oleh para PNS yang notabene semua dibiayai dari pembayar pajak negeri ini. Bayangkan saja, ternyata jumlah penerimaan nagara kedua terbesar setelah migas adalah TKI. Tahun 2009 saja devisa TKI melalui pengiriman remitansi ke Tanah Air mencapai US$ 6,617 miliar (sumber: http://www.fahmina.or.id/artikel-a-berita/berita/845-tki-sumbang-devisa-negara-terbesar-kedua-setelah-migas-.html), hal ini setara dengan  59,49 trilyun rupiah (kurs dollar Rp.9000,-). Bandingkan dengan dana untuk penangulangan TKI yang hanya 101 milyar rupiah (sumber: http://bisnis.vivanews.com/news/read/228318-dana-tki-tersebar-di-berbagai-negara). Hanya 0,00017% saja dana disediakan pemerintah untuk penanggulangan dan penangana TKI bermasalam dibandingkan dengan devisa yang mereka bawa untuk negeri ini. Sementara anggaran pemerintah untuk anggaran belanja pegawai pada tahun 2011 melonjak lebih dari dua kali lipat dari tahun 2006 menjadi 182,9 triliun rupiah atau 2,5% terhadap PDB (sumber: http://headlines.vivanews.com/news/read/242983-moratorium-pns–cara-negara-hemat-anggaran). Logika kasar saya bila pemerintah memodalkan 101 milyar rupiah dan melalui TKI pemerintah mendapat 59,49 trilyun rupiah maka untuk PNS seharunya dengan modal 182,9 triliun rupiah maka pendapatan pemerintah bisa menjadi 1.077 trilyun rupiah (mendekati  anggaran Negara total). Taroklah ada factor pengurang sekian persen, kan kalau saja pendapatan Negara bisa diperoleh 2 kali saja dibandingkan yang dikeluarkan untuk belanja pegawai maka persoalan anggaran untuk PNS bukan masalah. Jika bisa diperdayakan terus kondisi tersebut, maka rasio jumlah PNS dengan jumlah penduduk bisa dibuwat idealisasi, dan moratorium bukanlah hal yang perlu dipertimbangkan untuk menghemat anggaran. Demikian juga pada sector TKI, moratorium juga bukan hal yang perlu dipertimbangkan jika anggaran untuk perlindungan, pengelolaan dan pelayaan TKI diseluruh negeri bisa ditingkatkan, selain factor kuncinya adalah bargening atau sosok Negara di Negara luar dimana para TKI bekerja diperkuat. Tokh, pada dasarnya Negara-negara luar tersebut membutuhkan TKI dari kita. Selain peningkatan kualitas TKI juga diperlukan agar mereka tidak sia-sia bekerja di luar negeri.

Ulasan saya adalah, moratorium baik untuk PNS dan TKI hanyalah keputusan yang sesaat dan jika pengaturan dan pengelolaan baik untuk PNS dan TKI tidak dilakukan, maka masalah ini akan terus-terusan muncul dna menjadi duri dalam daging. Selain kedaulatan bangsa (TKI) yang terganggu secara eksternal, juga kedaulatan pemerintah (PNS & TKI) bisa turun karena masalah anggaran yang tidak pernah mencukupi untuk PNS dan terhentinya devisa dari TKI.

Sumber gambar:

  1. http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/16/pengangkatan-100000-pns-baru-dan-idiom-804/
  2. http://headline.lensaindonesia.com/2011/08/08/sesuai-skb-tiga-menteri-pns-diberi-libur-lebaran-selama-7-hari.html
  3. http://bolmutpost.info/2011/08/tahun-ini-sulut-targetkan-kirim-800-tki/
  4. http://www.beritabatavia.com/berita-8410–tki-di-malaysia-dipungli-agen-pendataan–.html

Pandangan “kerdil”

Udah lama gak ngumpul dengan semua jurusan di FT, siang ini (sabtu, 13 Agustus 2011), FT ngadain presentasi dan diskusi pemaparan tentang : “collaboration program” dengan FT di PT negare tetangge. Pemaparan program berisi: joint lecture, joint research (for joint publication), dan on the job training. Peserta lumayan pade antusias ngikutin pemaparan dari tiap2 perwakilan jurusan, sambil ngabuburit katanya. Parameter yg disampaikan juga beragam, ade yg sebenernya belom punya joint program tapi sudah menggunakan parameter internasional untuk capaiannya, pelus investigasi untuk mitra yg bakal dijoinin udah setinggi ape kapabilitasnnya. Meski rada2 kurang nyambung dengan yg diminta oleh pihak fakultas, namun lumayan dapet tambahan elmu tentang parameter menuju WCU (bukan WC Umum yeee….). Terus dari jurusan berikutnye, pemaparan tema riset yg nyaris seperti presentasi hasil penelitian dan pelatihan tentang metodologi riset, ini pun lumayan, karena nambah elmu lagi, meski juga belom seperti yg diharapkan oleh fakultas. But, show must go on, peserta ke tiga udah mulai memaparkan bentuk kerjasamanya (joint-nya), tema2 risetnya juga dah nongol. Lumayan apik juga, namun semua masih bersifat umum, tapi dah jauh lebih mantaf. Lalu dari jurusan ane sendiri, udah maparin bahan untuk lecture-nya, tema dan paper hasil riset yg bakal dijoinin, dan training yg juga sudah dibuat matriksnya. Ternyata, pemaparan sudah mendekati harapan dari fakultas. Hal yang perlu disimak dan simpulkan dari pemaparan ke-4 jurusan adalah, bahwa semua memiliki keinginan yang sama untuk “memenuhi” perjanjian kerjasama (LoI) yg udah disepakati dan ditandatangani, meski kesiapannya beda-beda. Kekhasan materi yg bakal dijoin juga sudah nampak berbasis kebutuhan jurusan masing2. Namun, ada hal yg lumayan menonjol dari hasil tersebut, bahwa rasa percaya diri nampaknya malah jadi problematika bagi para peserta diskusi. Perasaan “kerdil” lebih terdominasi, dibandingkan usaha untuk terus berbuat yang terbaik. So, emang ini dah sifatnye manusia juga, merasa “kerdil”.

Pandangan “kerdil” terhadap diri sendiri ketika kite harus kerjasame dengan pihak lain (yang di dalam kepala, kite anggap lebih ‘canggih’) selalu mendominasi. Salah satu peserta malah serius menanyakan pentingnya kerjasama tersebut, malah menganjurkan sebaiknya dengan mitra “local” saja dahulu agar menjadi sejajar. Wah? Ini memang statemen yg bikin peserta diskusi, ditengah puasa dan menahan hawa nafsu, menjadi “seger”. Heranya, kenapa harus dengan mitra local segala, dan meski ini juga diperlukan, tapi gak ada salahnya kita harus berani “memandang matahari”. Bukankah cita2 kudu digantung setinggi langit, or belajar ampe ke negeri china? Dalam era global kayak gini, kok masih sih berfikiran” “local aje dulu deh…” busyet emang. Bolehlah peserta memiliki “intelligence quotient” bagus, namun perlu diimbangi dengan “emotional quotient” yg bagus juga, belom kalo unsure “spiritual quotient” juga harus masuk, nambah perfecto deh. Jadi, meski punya IQ yg bagus namun EQ-nya gak bagus, khususnya gak-pedean alias ngerasa “kerdil” ini masalah pokok jadinya. Peserta yg bertanya tadi emang memiliki rekam jejak yg bagus IQ-nya, dan rata2 pade begitu, namun persoalan EQ yg selalu muncul ketika kite harus “thinking outside the box” atau “to collaborate” menjadi persoalan yg harus dibahas dan dituntaskan. Gimana bisa kalo perasaan “kerdil” mendominasi seorang educator memberikan motivasi buwat studentnya? Buwat dirinya sendiri saja sudah sulit mungkin, dan emang kalo terkait persoalan EQ jadinya rada2 soal kejiawaan gethu, dan biasanya juga kudu diredam sama SQ-nya. Wah? Ngomong ape gue? Kok jadi pabeulit gini. Gini aja deh, kita tidak akan pernah salah kalo memiliki keinginan dan niat untuk bertarung dengan sesuatu atau seseorang yg kita anggap jauh lebih baik dan bagus dari kita, dan emang gak ada salahnya juga berkompetisi dengan yang sederajat. Namun, semua hal bisakan dilakukan secara pararel, gak atu-atu (alias serial). Kenapa begitu?, Allah menciptakan kita dengan segala citra yg ada di dari semua ciptaanNya, dan yakin kekurangan yg muncul dari diri kita sebagai mahluk yg diciptakanNya hanya berbasis pada kita sendiri, akal dan hati. Seyakinnya, bahwa kita tidak diciptakan sebagai “orang kerdil”, yang ada hanya diri kita sendiri karena factor akal dan hati yang gak seimbang, akhirnya memiliki padangan kerdil, gawatnya adalah memandang dirinya sendiri “kerdil”. Rendah diri bukan aib atau dosa bawaan, tapi bentukan lingkungan dan aktivitas hidup dan juga cara kita memandang hidup itu sendiri. Semua bisa diubah, kalo kita terus2an mensyukuri bahwa kita diciptakan dengan segala “rasa” yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta. Gue juga gak seneng, kalo kita juga “kepedean” alias pake perasaan doang kagak main fikiran, biasanya kepedean malah jadi salah atau diketawain orang. Tetep soal akal (IQ) dan hati (EQ) kudu seimbang, dan kalo kita inget soal kita sebagai mahluk yg penuh citra (SQ) semua bisa pada jalurnya. Jalur dimana kita sebagai manusia punya manfaat untuk manusia2 disekitarnya, untuk manfaat, gak kudu juga harus memiliki embel2 atau bahan2 yg banyak, untuk manfaat kudu punya keikhlasan, bahwa apa yg ada dikita adalah bukan punya kita dan dimiliki oleh “kita-kita” lainnya, jadi kata kuncinya SI (share dan ikhlas). Untuk bermanfaat gak juga harus berposisi dimenara gading, bermanfaat seperti kalau kita sedang berjalan dan kita dengan sadar menyingkirkan beberapa batu2 di jalan yg dimungkinkan akan mencelakan orang lain, sebagai contonya. Kembali ke judul gue ini, pandangan kerdil, pada akhirnya gue harus nyimpulin, bahwa kalo kita masih memiliki pandangan seperti itu, berarti kita tidak mensyukuri apa yg sudah diciptakan dan diberikan kepada kita dari Sang Maha Pencipta. Apalagi, kalo merasa diri kerdil terus lebih seneng juga mengkerdilkan orang lainya, agar dia merasa tetep “tinggi”diantara orang2 yg dianggap kerdil. Hidup ini singkat, kalo semua harus dilakukan secara serial, kapan lagi kita bisa optimalisasi nilai2 kemanusiaan kita? Kapan lagi kita memaknai dan mensyukuri hidup ini kalau selalu merasa “kerdil”. Terakhir, rekan senior dalam diskusi itu menjawab pertanyaan rekan kita yang merasa “kerdil” tadi dengan sederhana “do the best thing that you think is able to do ( by YSG)” dan berkembang tidak hanya di dalam kotak, tapi juga di luar kotak.

[foto dari : Balawing (Foto: telegraph) web:http://www.detikhealth.com/read/2011/06/12/102610/1658409/763/manusia-terkerdil-kembali-diumumkan]

Udah akh, jadi puyeng juga. Soalnya, kadang jug ague ngerasa “kerdil” (kadang2 sih). Selamat beribadah shaum, semoga nyampe ke Idul Fitri.

————————————————————————————————

Tambahan dari KOMPASIANA (http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/21/iq-eq-sq-dan-aq/)

IQ, EQ, SQ dan AQ

(ada 4 malah…)

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuanmenalarmerencanakanmemecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.

Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg& Slater (1982) mendefinisikannya sebagaitindakan atau pemikiran yang bertujuan danadaptif.

Saat ini cukup popular tentang tiga kecerdasan manusia, yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual. Tapi Kecerdasan Adversitas? Dalam buku sumber yang penulis gunakan sebagai rujukan tulisan ini –buku yang didapatkan dari seorang sahabat penulis yang baik hati, Bapak Kusmayanto Kadiman, terdapat banyak sekali wawasan dan pemahaman baru yang sangat menarik untuk dinikmati.

Intellgence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.

Emosional Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), dan hormat diri (self respect), dan penguasaan diri (self mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami orang (to understand others), menerima orang (to accept others), mempercayai orang (to trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).

Spiritual Quotient (SQ) intinya adalah transendensi, yaitu proses penyeberangan, pelampauan, penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke wilayah spiritual, dan dari bentuk yang kasar ke bentuk yang sublime. Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama manusia dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan taqwa kita akan membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan belaka.

Nah, yang terakhir adalah Adversitas Quotient (AQ), pernah dengar? Menurut kamus adversity berarti kemalangan, kesulitan, dan penderitaan. AQ disini adalah kecerdasan kita pada saat menghadapi segala kesulitan tersebut. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan menghadapinya, sebagian lagi mudah takluk dan menyerah. Dengan demikian kecerdasan adversitas adalah sebuah daya kecerdasan budi-akhlak-iman manusia menundukkan tantangan-tantangannya, menekuk kesulitan-kesulitannya, dan meringkus masalah-masalahnya sekaligus mengambil keuntungan dari kemenangan-kemenangan itu.

Ingin sukses dan berhasil? Cukup cerdaskah saya, anda, kita?

Latar Belakang untuk Studi “NC”

Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi, biasanya akan selalu diiringin oleh peningkatan kebutuhan energi secara signinifikan. Namun, kendala yang dihadapi adalah semakin menipisnya cadangan energi sementara kebutuhan meningkat. Hal tersebut akan memaksa peranan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk terus mengembangan prinsip-prinsip konversi energi secara sederahana, efisien dan optimal, khususnya dalam pengelolaan dan penggunaan sumber energi yang masih ada. Kemudian, perlu mempertimbangakn peranan dari prinsif-prinsip hukum alam agar digunakan secara  penuh untuk mereduksi kerja peralatan bantu yang jelas-jelas mengkonsumsi energi.

Fenomena sirkulasi alamiah (NC, Natural Circulation) adalah fenomena yang muncul berdasarkan hukum-hukum fisika, dimana sirkulasi yang timbul secara alami tanpa menggunakan alat bantu seperti pompa. Sirkulasi alamiah timbul akibat perbedaan kerapatan fluida dan perbedaan ketinggian, salah satu penyebab terjadinya perbedaan kerapatan adalah perbedaan temperatur[1]. Kurangnya optimalisasi pemanfaatan dari sirkulasi alamiah, khususnya dalam rangka penghematan energi masih dirasakan belum optimal. Sehingga penelitian terkait pemahaman dan pengembangan dari sirkulasi alamiah masih perlu dilakukan.

Beberapa peneliti seperti Vijayan dan Nayak telah mempelajari sistem keuntungan dan tantangan sirkulasi alamiah menggunakan sistem untai atau loop terbuka[2]. Misale, Garibadi dan Ghisi de Bitencourtjuga telah mempelajari sirkulasi alamiah satu phase menggunakan untai kecil[3]. Fenomena sirkulasi alamiah yang belum banyak dipelajari sehingga kurangnya pemahaman dan pengembangan tentang sirkulasi alamiah khususnya laju aliran massa air yang berkaitan dengan perbedaan temperatur dan perbedaan ketinggian. Sehingga penelitian sejenis perlu dikembangkan di Indonesia, selain untuk optimalisasi pemanfaatan energi Nasional juga pengembangan ilmu-ilmu teknik guna membantu memecahkan persoalan krisis energi.

Ref.:

[1] IAEA, Course on Natural Circulation in Water Cooled Nuclear Power Plants ICTP, Trieste, Italy, June 2007.

[2] Vijayan P.K., Nayak A.K., Natural Circulation Systems: Advantages And Challenges, Reactor Engineering Division Bhabha Atomic Research Centre, Mumbai, India, IAEA, Course on Natural Circulation in Water-Cooled Nuclear Power Plants ICTP, Trieste, Italy, 25-29 June, 2007.

[3] Misale M., Garibaldi P., Passos J.C., Ghisi de Bitencourt G., Experiments in a single-phase natural circulation mini-loop, University of Genoa, Genoa, Italy, 2006. 

Informasi seminar & kongres


Bener gak sih? (common life)

Dah lama banget gak nulis…entah kenapa??? (gak tahu ada di posisi mana?) kepikiran siklus hidup secara umum, seperti roda yg terus berputar. Gue coba gambarin apa yg lewat dikepala gue, terus gue tulisin di blog ini. Mungkin untuk mencari momentum adalah kondisi yang sulit, karena segitiga kuning juga berputar dan entah kapan bisa ketemu dengan point of life …..

Komen-komennya dunk?

Dan dimanakah anda berada saat ini?

Teknologi Nuklir, karena Bahaya Radiasi, masih perlukah?

Opini Pribadi

Tentang Radiasi, sampai detik ini belum ada IPTEK yang mampu menghilangkan atau menetralkan radiasi sehingga aman untuk tubuh dan lingkungan. Sementara, tayangan di Metro TV (jam 18.30 an deh), terkait diskusi kecelakaan nuklir, salah satu pakar nampak bangga menyatakan: “pake saja sumber energi alternatif lainnya dan Indonesia-kan kaya akan sumber-sumber energi tsb.”, tapi kenyataannya yg kita rasakan bahwa pemadaman listrik selalu timbul dan menunjukkkan kekurangan pasokan listrik.

Sementara, pengeboran minyak dan gas, juga batu bara, masih melibatkan orang asing (karena teknologinya gak pernah bener-bener kita kuasai secara utuh), dan ini memang selalu terjadi. Yang berarti sebagian hasil tambang juga dinikmati asing, dan di export  ke LN oleh kita sendiri. So, jika semua energi tsb digunakan untuk menjadikan surplus cadangan listrik, saya yakin PLTN akan menjadi opsi yg paling buncit dan mungkin enggak diperlukan. Kembali pada omongan sang pakar bahwa sumber-sumber energi lain masih banyak, sementara kenyataannya adakah hal ini telah menutupi kekurangan energi kita saat ini? khususnya untuk listrik? Kalimat-kalimat seperti itu sudah sejak saya duduk di bangku SMA didengung-dengungkan (20 tahunan deh), namun sekali lagi, tetap saja itu hanya seakan jadi lips bahwa kita kaya sumber energi, tapi cenderung untuk menjualnya dan tidak bisa merealisasikannya untuk kebutuhan energi nasional. Nasib PLTN juga akan makin parah untuk di realisasikan jika pola fikir masyarakat hanya cukup dengan “nyanyian-nyanyian” kita kaya berbagai sumber energi namun sama sekali belum mengoptimalkannya dan cenderung lebih senang membeli teknologi, ketimbang membuat teknologi sendiri. Contohnya pembangkit-pembangkit listrik lainnya juga sebagian besar kita beli. Ingat kan Nurtanio? Jika saja program industri pesawat kita tidak di intervensi maka tidak akan menjadikan keadaannya seperti seakrang ini, dimana pesawat-pesawat komersial dari LN yg di beli oleh maskapai Nasional mungkin tidak akan terjadi dan cenederung menggunakan produk dalam negeri.

Saya hanya menyayangkan, bahwa kejadian di Fukushima disikapi dengan phobia seperti itu, sementara sebagian besar dari mereka (para ahli yang terlibat langsung dengan kejadian maupun organisasi terkait) masih harus menganalisis, menjelaskan, dan menguraikannya secara benar dan faktual berbasis konsep-konsep ilmiahnya, bukan kata koran, pakar jadi-jadian atau berita-berita tertentu. Biasanya, kejadian kecelakaan akan dideklarasikan setelah beberapa waktu tertentu setelah diperoleh validasi dan kesimpulan akhir. Seperti kecelakaan pesawat saja perlu waktu maksimal tahunan untuk disampaikan ke publik tentang fakta-fakta di balik kejadian secara ilmiah. So, teralu dini menjustifikasi kecelakaan nuklir di Fukushima sehingga muncul output: no nuclear power. Meski kita juga tahu, bagaimana efek akibat radiasi dan pengerahan massa yang begitu besar untuk di evakuasi serta bahayanya terhadap ke ekologi dan lingkungan. Yang perlu juga dicontoh dari kejadian tersebut, bagaimana suatu teknologi masih memiliki kondisi kritis dan kelemahan yg sama sekali belum terfikirkan sebelumnya (ini memang sifatnya manusia, mau Jepang kek, Indonesia kek, Amerika kek, sama saja). Dan setiap kejadian kecelakaan atau malfungsi dari suatu teknologi akan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan desain dan peningkatan fungsi ke depan (hal ini akan terwujud jika para pakar atau ilmuwan tidak hanya ngoceh dan bereferensi dari Koran/Berita bukan dari fakta ilmiah dan kejadian yg faktual, tapi melakukan riset seutuhnya). Sebagai contoh, bahwa kecelakaan pesawat sering terjadi, namun orang tetap naik pesawat karena kebutuhan. Dan PLTN memang harus terkait dengan kebutuhan energi, dan bukan untuk ambisi. Butuh energi listrik dari nuklir atau tidak, hanya masyarakat pengguna energi yg tahu, dan itu termasuk kita-kita juga. Keputusan akhir ada di pemerintah, termasuk resiko-resiko yang bakal muncul dari penggunaan suatu teknologi (contoh kasus: Black Berry dan Menkominfo). Kembali ke tulisan pertama, bahwa bahaya radiasi adalah sesuatu yg paling mengerikan, selain radiasi tidak berbau, tidak terasa, tidak terlihat namun efeknya luar biasa dan destruktif jika berlebih dari ambang batasnya (minum obat berlebih juga akan mengalami resiko membahayakan). So, kita tinggal lihat catatan statistik jumlah korban akibat radiasi nuklir di dunia, dibandingkan dengan kecelakaan dari penggunaan teknologi lainnya. Life is a risk, but we should always minimize the risk and it is impossible to eliminate them. To minimize it, we will need a common sense, a mental health and a good knowledge in certain fields. Tetapi, kejadian bencana tidak ada yang bisa memprediksikan kapan terjadinya dan sebesar apa.

Terkait bencana nuklir (nuclear disaster), dimana kejadian TMI-2 (1979) sama sekali tidak dipicu dari kejadian bencana Gempa dan Tsunami, tapi akibat human error dan kegagalan fungsi kendali setelah dipicu oleh kegagalan pompa disistem sekunder. Sedangkan, kejadian Fukushima (2011) dipicu oleh gempa dan tsunami, namun proses thermal recovery mengalami kegagalan dan tentunya ini karena kondisi darurat, dimana fungsi alat tidak bekerja karena bencana. Saya sih lebih seneng memelototin “kegagalan sistem pendingin” darurat yg mereka lakukan, meski tekanan diturunkan dengan melepaskan uap (memventing)  yang mengandung material radioaktif dan hydrogen (akibat panas berlebih pada cladding Zirkaloy) via katup pembebas (relief) atau pengaman (safety) serta air laut diguyurkan ke dalam reaktor, kenyataannya termal masih eksis. Kalau efek kegagalan pendinginan dan fuel damage kemudian radiasi terlepas ke lingkungan, semua orang sudah tahu dengan urutan itu. Persoalannya adalah kejadian Fukushima, adalah kegagalan manajemen termal yang memicu kegagalan manajemen penahan radiasi ke lingkungan. Sedangkan manajemen teras, dianggap berhasil (aspek pembelahan inti, dengan dimasukkannya batang kendali_shutdown).

Semoga kejadian darurat nuklir di Fukushima yg dipicu oleh bencana, memberikan bahan-bahan untuk kita (khususnya ilmuwan/akademisi dan peneliti) bahwa multi-failure itu benar-benar terjadi dan semua kajian atau riset tentang fitur keselamatan PLTN perlu ditambahkan dan ditingkatkan berbasis kejadian Fukushima.

Persoalan PLTN mau di bangun atau tidak, saya fikir bukan urusan kita-kita dan jangan menjadikan kita patah arang, riset nuklir baik untuk aplikasi dalam bidang-bidang lain dan khususnya energi nuklir masih perlu dilakukan. Kecuali, jika dan hanya jika badan dunia PBB melarang penggunaan teknologi nuklir dalam bentuk apapun di dunia ini dan IAEA dibubarkan, maka sebaiknya kita pensiun dini saja, menjadi pengajar, jadi wirausaha, TKI atau buka warung nasi.

(belum ngilmiah, non-teknis)

17 Maret 2011, Bogor.

Influenza, Flu…

Influenza, sering disebut sebagai flu, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari keluarga Orthomyxoviridae (virus influenza), yang mempengaruhi burung dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini menggigil, demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala parah, batuk, kelemahan / kelelahan dan ketidaknyamanan. Meskipun sering bingung dengan penyakit influenza lainnya, terutama flu biasa, influenza merupakan penyakit yang lebih parah dari flu biasa yang disebabkan oleh berbagai jenis virus. Influenza dapat menyebabkan mual dan muntah, terutama pada anak-anak.

Struktur virion influenza terbentuk dari protein hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) yang ditampilkan di permukaan partikel. Virus RNA membentuk genom yang disajikan dalam bentuk gulungan merah di dalam partikel dan terikat dengan Ribonuclear Protein (RNPs). Klasifikasi virus virus influenza adalah virus RNA yang dari keluarga Orthomyxoviridae:  Virus influenza tipe A (menginfeksi burung), Virus influenza tipe B (menginfeksi manusia) dan Virus influenza tipe C (menginfeksi manusia, dan mamalia).

Virus ini hanya jauh terkait dengan virus parainfluenza manusia, yang merupakan RNA virus milik keluarga paramyxovirus yang merupakan penyebab umum infeksi pernafasan pada anak-anak seperti sesak napas, tetapi juga dapat menyebabkan penyakit yang serupa dengan influenza pada orang dewasa.

Gejala influenza dimulai secara tiba-tiba 1-2 hari setelah infeksi. Biasanya gejala pertama kedinginan atau sensasi dingin, namun demam juga terjadi pada awal infeksi, dengan suhu tubuh berkisar 38-39°C (sekitar 100-103°F). Banyak orang begitu terkena sakit harus istirahat di tempat tidur selama beberapa hari, dengan sakit dan nyeri di seluruh tubuh mereka, yang buruk di punggung mereka dan kaki. Kondisi yang muncul saat mengalami gejala flu, sebagai berikut:

  • Demam dan dingin yang ekstrim (panas dingin menggigil, gemetar)
  • Batuk
  • Hidung tersumbat
  • Badan sakit, terutama sendi dan tenggorokan
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Iritasi, mata berair
  • Mata memerah, termasuk kulit (terutama wajah), mulut, tenggorokan dan hidung

 

Pada anak-anak, gejala-gejala saluran pencernaan seperti diare dan sakit perut (mungkin berat pada anak dengan influenza B). Sulit untuk membedakan antara pilek dan influenza pada tahap awal infeksi tersebut, tetapi flu yang dapat diidentifikasi dengan demam tinggi secara mendadak dan kelelahan yang ekstrim. Diare biasanya bukan gejala influenza pada orang dewasa, meskipun telah dilihat dalam beberapa kasus manusia dari “flu burung” H5N1 dan menjadi gejala pada anak-anak. Karena obat antivirus akan menjadi efektif dalam mengobati influenza jika diberikan pada awal gejala. Kombinasi demam dengan batuk, sakit tenggorokan dan/atau hidung tersumbat dapat meningkatkan akurasi diagnosis terhadap gejala influenza.

Penyebaran virus influenza dapat terjadi dalam berbagai cara, melalui udara dan kontak langsung. Masa penyebarab hingan infeksi terjadi diperkirakan selama 5-7 hari setelah virus dilepaskan. Meskipun demikian, pada kasus tertentu untuk orang yang memiliki kesehatan yang prima, bisa lebih dari 7 hari. Influenza sendiri timbul pada orang yang telah terinveksi virus pada hari kedua dan ketiga.  Anak-anak dalam hal ini, akan lebih rentan terinfeksi virus dibandingkan orang dewasa. Pengobatan bagi orang yang terinfeksi atau menderita influenza adalah dengan banyak istirahat, banyak minum air, hindari alcohol dan rokok. Jika diperlukan, minum obat seperti acetaminophen (paracetamol) untuk menghilangkan/mengurangi demam dan nyeri otot yang timbul. Untuk anak-anak dan remaja, yang mengalami demam akibat influenza (khususnya tipe B) disarahkan meminum aspirin. Antibiotik tidak akan sama sekali mengobati influenza, karena anggapan sebagian orang bahwa atibiotik akan mengurangi rasa nyeri, dsb. Virus dan bakteri sangat berbeda jenis dan cara menginfeksinya.

Strategi flu pencegahan terbaik adalah mengkonsumi gizi yang baik, olah raga teratur, dan cukup tidur/istirahat. Makan sayuran dan buah-buahan karena sistem kekebalan berdasarkan gizi yang baik akan lebih mampu melawan infeksi. Makanan tersebut akan menjadi bahan bakar dengan vitamin alami dan antioksidan yang ditemukan dalam makanan sehat. Makan gelap-hijau, merah, dan kuning dalam sayuran dan buah-buahan. Karena terdiri dari berbagai antioksidan, ditambah vitamin A, C, E, dan beta-karoten. Olah raga teratur, karena setiap kali berjalan atau berlari akan meningkatkan kekebalan tubuh yang merupakan pertahanan alami terhadap virus. Waktu untuk berjalan mungkin hanya diperlukan dalam sehari adalah sekitar 30 menit untuk berjalan kaki atau 10 menit untuk berlari. Minum air dan jus buah (kecuali durian) dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Dapatkan banyak tidur. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan sekitar 7 sampai 8 jam tidur. Remaja membutuhkan lebih banyak sekitar 9 jam sehari. Anak-anak dalam masa pertumbuhan perlu tidur sekitar 10 sampai 12 jam.  Mengurangi stress dan tahu kapan waktu untuk bersantai. Karena terlalu banyak stres akan merusak sistem kekebalan tubuh.

Sumber:

  1. http://en.wikipedia.org/wiki/Influenza, take at February 6, 2011 at 05.30.
  2. http://www.webmd.com/cold-and-flu/flu-prevention-top-ways-to-avoid/default.htm, take at February 6, 2011 at 06.00.

when the law becomes unclear…

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

???????????? @x*^-/$.>+**1….

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Datang dan Pergi: Sebuah Reposisi Sosial

Hingar bingar pemilihan kepala daerah, dari ketua RT sampai ke Presiden akan selalu menarik perhatian publik, bak menonton laga sepak bola, masing-masing pendukung akan mengunggulkan “jagoannya” untuk menang dalam laga, yang menang akan larut dalam kegembiraan dan yang kalah akan larut dalam kesedihan dan kekesalan. Seperti sepak bola juga, pemilihan ketua daerah, tentunya terbagi dalam strata liga, liga kecil, liga menengah dan liga utama. Liga kecil, bisalah saya sebut untuk pemilihan ketua RT sampai lurah, liga menengah untuk bupati/walikota dan gubernur, sedangkan liga utama adalah pemilihan presiden dan wakil presidennya. Kontribusi hingar bingar hingga keuangan akan naik seiring tingkatan pemilihan, ada dibeberapa daerah untuk ketua RT dan RW akan memerlukan uang dalam prosesi pemilihannya, dan uang disini tentunya untuk biaya administasi pemilihan dan iklan. Daerah yang syarat dengan penghasilan dari retribusi bangunan, pedagang dan tambang akan menyedot perhatian dan kekhususan bagi calon2 ketua/kepala. Namun, untuk liga kecil, syarat politis masih belum begitu diperlukan. Karena kepentingan yang muncul pada liga kecil, sifatnya hanya sesaat. Barulah, ketika strata pemilihan naik, dimulai dari liga menengah ke liga utama, syarat politis menjadi syarat pokok bagi peserta pemilihan, dan hal ini akan linier atau malah eksponesial dengan kebutuhan uangnya sebagai biaya pemilihan yang bersifat politis. Berbagai ragam cara akan dilakoni untuk menjadi juara, dari yang per-peran sampai yang curang-curangan, ini memang sangat bergantung kepada mentalitas sang calon dan tujuan pokok sang calon untuk menjadi pemimpin. Bagi masyarakat sendiri, kehadiran “konser” pemilihan kepala daerah dan Negara pada zaman sekarang, lebih sebagai kagiatan yang bisa dikatakan semi-wajib untuk mengikutinya, dan terkadang bagi sebagian masyarakat akan menjadi hiburan semata, seperti nonton bola tadi. Prediksi atau perkiraan siapa sang juara/pemenang akan menjadi menu utama bagi masyarakat saat sedang di kedai kopi, di tempat kerja dan amalah di dalam kendaraan umum. Kekecewaan masyarakat akan proses pemilihan yang begitu berbelit-belit dan ternyata memakan dana yang tidak sedikit terkadang pula menjadi isyu dan bagian dari dinamika masyarakat itu sendiri, untuk setelah pemilihan berlangsung, kita semua akan kembali kepada rutinitas dan aktivitas menjalani kehidupan dan bekerja. Lupa dan mungkin sudah tidak mau mengingat “proses” yang terjadi selama pemilihan lalu berlangsung. Tanpa kita sadari bahwa, keadaan dalam proses masyarakat sedikit banyak mengalami perubahan oleh kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh para pemenang liga tersebut. Indikasi ekonomi dan kesulitan hidup biasanya akan menjadi parameter pokok dalam mengukur perubahan social yang muncul dari kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh pemimpin, khususnya untuk pemenang dari liga menengah dan utama.

Sejak republic ini didirikan dan pemilihan dilakukan, model dan ragam cara untuk melakukan pemilihan telah mengalami berbagai modifikasi dan perbaikan. Namun, satu hal yang tidak pernah berubah, adalah janji-janji manis atau iklan-iklan yang semakin menarik dan pada akhirnya sulit untuk dibuktikan secara keseluruhan menjadi konsumsi masyarakat dan berakibat kepada masyarakat yang notabene adalah pemegang suara yang disumbangkan bagi pemenang. Sebagian kelompok masyarakat dan biasanya ini tidak besar, atau bolehlah disebut golongan tertentu, yang memang merupakan golongan masyarakat yang mendorong dan menginginkan “jagoannya” untuk memang akan segera mengalami reposisi social. Mereka tidak akan segan melakukan apa saja dan menyumbangkan apa saja, asal jagoannya menang dan kepentingan mereka dapat diakomodir oleh jagoannya jika kelak menang. Kita banyak belajar dari sejarah, ketika terjadi pergantian pemimpin, sebagian besar golongan masyarakat yang berada pada lingkar mantan pemimpin akan mengalami perubahan strata social dan malah lebih cenderung untuk dibatasi ruang lingkupnya, terkadang ada juga yang dikejar-kejar oleh hukum. Padahal saat, jagoannya berkuasa, golongan ini sangat sulit disentuh oleh hukum. Namun, masih ada juga yang memiliki kesaktian dan masih sulit didekati hukum. Karena biasanya mereka itu memegang kartu truf pemimpin yang baru. Bagi mereka (golongan dan pemimpin), reposisi sosial yang terjadi pada setiap pergantian pemimpin biasanya sudah diantisipasi dengan melebarkan dan mengguritakan antek-antek atau agen-agen yang akan memberikan kesinambungan kekuasaan dan keleluwasaan untuk hidup di atas aturan dan hukum. Bagi anggota golongan yang kurang loyal dan kurang bermodal, biasanya tidak akan diselamatkan dan cenderung akan dijadikan kambing hitam untuk menutupi dosa-dosa masa lalu. Meskipun reposisi sosial terjadi pada mereka, masyarakat tetap pada persoalan hidup yang disibukkan dengan aturan dan perjuangan untuk mempertahankan hidup, masyarakat umum tidak akan pernah mengalami reposisi sosial. Datang dan perginya pemimpin melalui aksi pemilihan, bagi sebagian besar masyarakat adalah seperti menyaksikan kekalahan atau kemenangan dalam suatu pertandingan atau merayakan pergantian tahun, dimana setelah acara selesai mereka akan kembali kepada kehidupan nyata dan rutinitas. Sementara bagi pemain yang menang dan kalah, akan ber-musyawarah untuk kepresisian dalam reposisi sosial mereka.

Reposisi sosial pada tatanan atau strukutur di bawah pemenang pemilihan biasanya terjadi secara ekstrim, sudah menjadi konsumsi umum, bahwa semakin banyak kontribusi para golongan pendukung terhadap pemenang, maka reward dalam posisi-posisi di dalam strukutur akan semakin besar dan menggiurkan. Soal kredibilitas dan akuntabilitas, hanya dijadikan lips saja saat aksi pemilihan terjadi, pada kenyataannya, yang loyal dan berkontrubut banyaklah yang akan memperoleh posisi sosial yang tinggi. Sulit bagi si pemenang untuk memberikan posisi bagi kalangan di luar golongan yang notabene kurang berkontribusi di dalam pemilihan yang padahal terkadang lebih unggul dalam kredibilitas dan akuntabilitas untuk mengisi posisi tertentu. Kenyataannya yang ada, dan jika memang harus ada, maka persentasenya hanya sebagian kecil dari sejumlah posisi yang ada. Alhasil, reposisi sosial dikalangan pendukung utama dan pemimpin akibat datang dan perginya sang pemimpin tidak memberikan dampak terhadap reposisi sosial pada masyarakat secara umum.

Pergantian posisi jabatan dibawah strukutur sang pemenang, selain ekstrim terkadang penuh dengan kepentingan sesaat dan kurang didasari pada pertimbangan kepentingan umum. Karena perjuangan yang dituju adalah melanggengkan suatu golongan untuk tetap eksis pada strata sosial yang paling tinggi di masyarakat, kalau perlu di atas hukum sendiri. Namun, ada pula, reposisi yang dilakukan tetap didasari atas pertimbangan professional dan kepentingan kemajuan bersama, dan lumrah juga, bagi yang tergantikan posisinya akan berada pada posisi yang oposan, dan cenderung menkritik dan menghujat. Padahal, dengan menjadi oposan yang terkadang didasari aksi sakit hati, malah akan mengganggu perbaikan yang dituju melalui reposisi. Perubahan dari pendukung menjadi oposan juga bagian dari reposisi sosial tentunya. Menghadapi reposisi sosial dari setiap pergantian pemimpin selayaknya disikapi dengan dewasa dan lapang dada, yang terpenting reposisi sosial yang terjadi akan juga berlaku kepada masyarakat, yaitu naiknya tingkat kehidupan masyarakat baik materiil dan morilnya, sehingga semual elemen masyarakat dan para pemimpin sama-sama mengalami reposisi sosisal ke arah yang lebih baik.

Meskipun pemilihan kepala daerah atau pergantian pemimpin, bagi sebagian masyarakat awam bisa dijadikan sebagai tontonan yang manarik dan mungkin berikutnya akan terlupakan, namun perlu diingat oleh sang pemenang, bahwa masyarakat akan selalu bertambah kecerdasannya dan akan semakin kuat kewenangan mereka dalam memberikan nilai terhadap kinerja para pemenang. Akibatnya bagi sang pemenang atau pemimpin baru yang mengabaikan sifat masyarakat tersebut, maka nilai nol atau “ketidak percayaan” terhadap para pemimpin akan hilang, dan tentunya pada laga berikutnya tidak akan dilirik atau dipilih lagi. Pemilik suara dan pengawas adalah masyarakat, dan selayaknya mereka juga mengalami reposisi sosial ke arah yang lebih baik dan kualitas hidup yang meningkat sebagai perubahan fase akibat datang dan perginya pemimpin dan sekali lagi bukan sekedar untuk golongan tertentu saja.

Minggu, 16 Januari 2011 (04:06)

 

Sumber foto :

– http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1286368505/pemilihan-ulang

– http://kpupesisirselatan.blogspot.com/2010/10/pelantikan-pps.htmll

2010 in review

The stats helper monkeys at WordPress.com mulled over how this blog did in 2010, and here’s a high level summary of its overall blog health:

Healthy blog!

The Blog-Health-o-Meter™ reads Wow.

Crunchy numbers

Featured image

A Boeing 747-400 passenger jet can hold 416 passengers. This blog was viewed about 5,000 times in 2010. That’s about 12 full 747s.

In 2010, there were 33 new posts, growing the total archive of this blog to 34 posts. There were 331 pictures uploaded, taking up a total of 69mb. That’s about 6 pictures per week.

The busiest day of the year was August 24th with 148 views. The most popular post that day was Akademisi dan Pencari Nafkah….

Where did they come from?

The top referring sites in 2010 were facebook.com, mail.yahoo.com, search.conduit.com, google.co.id, and muniri.com.

Some visitors came searching, mostly for kecelakaan motor, kurma, battery, nukiyama curve, and boiling curve.

Attractions in 2010

These are the posts and pages that got the most views in 2010.

1

Akademisi dan Pencari Nafkah… August 2010
8 comments

2

Mobile Energy, Baterei Charger Ulang (Rechargeable Battery) August 2010
2 comments

3

Mahasiswaku November 2009
7 comments

4

Ku & Keluargaku November 2009

5

PROSES NGE-DIDIH (pendidihan, boiling) September 2010
5 comments

Saskara Wirasena Juarsa (first show)

Ini videonya anak ke-4 ane, lagi ekspresikan kebebasan.
Cekidot:

EDFEC3-TM-First Show(Lab.TE)

Video anak-anak mesin yg sedang presentasi awal tugas akhir di Lab. Termohidrolika Eksperimental PTRKN BATAN.

Mahasiswa Mesin angkatan 2007, FTUIKA Bogor:

Wahyudin (presentasi sudah) – 07215210622 Konversi Energi
Ikhwan Satria Anugrah (presentasi sudah)- 07215210387 Konversi Energi
Luqmanul Hakim – 07215210007 Konversi Energi
M. Ade Satria – 07215210388 Konversi Energi
A Ruba’i (presentasi sudah) – 07215210137 Konversi Energi
Oskar Riko – 07215210438 Konversi Energi
Budi Utomo (presentasi sudah) – 07215210593 Konversi Energi
Ferlian Novandra – 07215210543 Konversi

Videonya:




Kunjungan Heat Transfer Groups (HTG) DTM-FTUI

Sudah beberapa kali rencana kunjungan ini dibuat, akhirnya jadi juga. Rabu, 15 Desember 2010, rombongan Heat Transfer Groups (HTG) dari Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTM-FTUI) berkunjung ke Lab. Termohidrolika Eksperimental di PTRKN dan Reaktor Riset Triga di PRSG. Rombongan dibimbing oleh dosen DTM-FTUI yang juga merupakan promotor dan co-promotor ane, Prof. Dr.Ir. Raldi Artono Koestoer, DEA (http://koestoer.wordpress.com/) sebagai promotor ane, dan co-promotornya Prof. Dr.Ing. Ir. Nandy Setiadi Djaya Putra, beliyau Prof termuda UI yang usianya baru 40 tahun (ane sendiri ude 41 tahun). Kemudian anggota rombongan, ada 6 orang mahasiswa pasaca sarjana, teridiri dari S3 bu Yuyu, dan S2 ada 5 org, Ridho cs.

Rombongan dengan kendaraan Pascasarjana FTUI dan mobilnya Prof. Raldi, datang jam 09.20, diskusi di Lab. Termohidrolika Eksperimental PTRKN kira-kira2 30-45 menit. Kebetulan di Lab. TE ada 8 orang mahasiswa mesin FTUIK Bogor yg sedang PKL dan 1 orang sarjana fisika dari FMIPA UNPAD yang lagi belajar software program (Fluent). Jadi, di lab. agak rame. Member termo, kebeneran yg ada adalah kasubbidnye Kiswanta, S.Si kemudian setap, Ainur, Edy S. dan Joko PW. Setelah dari PTRKN rombongan berkunjung ke PRSG untuk melihat reaktor riset, rombongan dipandu oleh Bp. Ir. Suroso yang emang berasal dari PRSG (sekarang jadi peneliti di PTRKN), dan beliyau cukup mumpuni untuk tahu seluk-beluk reaktor. Syukurlah, hari itu kita beruntung, reaktor sedang jalan dengan daya setengah dari daya optimalnya. Jadi kita bisa lihat efek CHERENKOV, bagus deh. Kebetulan kita ndak boleh moto (belom izin sih), jadi sekadar gambaran ane tunjukin deh foto dari website lain (http://www.projectrho.com/rocket/radiation.php).

Efek Cherenkov

Akhirnya rombongan HTG selesai berkunjung, dan acara kita tutup dengan makan siang di Pecel Madiun, dengan menu yg lumayan ajiib yaitu Pecel Nasi dan Dawet Spesial, maknyus pokonya. Nah di bawah saya upload deh foto2 saat HTG DTM-FTUI berkunjung plus menu2 di PM.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Tambahan pengetahuan tentang Cherenkov Radiation (sumber : http://www4.nau.edu/meteorite/Meteorite/Book-GlossaryC.html)

CHERENKOV RADIATION – Radiation emitted by when a massive particle moves faster than the speed of light in the medium through which it is traveling. No particle can travel faster than light in vacuum, but the speed of light in other media (water, glass, etc.) is considerably lower. When any charged particle moves through water it tends to polarize the water molecules in a direction adjacent to its path, thus distorting the local electric charge distribution. After the particle has passed, the molecules realign themselves in their original, random charge distribution, emitting a pulse of electromagnetic radiation. When the speed of the particles is less than the speed of the light in water, the pulses tend to cancel due to destructive interference; however, when the speed of the particle is greater than the speed of light in water, the light pulses are amplified through constructive interference. The phenomenon is analogous to the acoustic “sonic boom” observed when an object exceeds the speed of sound in air.

Cherenkov radiation was first observed by Marie and Pierre Currie in the early part of the 20th century. The effect was named after Pavel Alekseyevich Cherenkov, who won the 1958 Nobel Prize for being the first to rigorously characterize it. Cherenkov radiation is observed in nuclear reactors when fission products decay and produce high-energy β particles. The β particle velocities exceed the speed of light in water (2.3 × 108 m/s) producing blue Cherenkov radiation (below).

http://spectrum.ieee.org/image/37182

 

Rezeki Allah takkan pernah terhenti (2): Aqiqah

Alhamdulilah wa syukurillah, pada akhirnya setelah Allah SWT memberikan rizki dan amanah untuk bisa membesarkan dan mendidik anak ke-4 saya. Rizki Allah memang tidak pernah terputus, dimulai dengan dukungan Maha Guru saya untuk menulis makalah berbahasa Inggris untuk suatu perlombaan di kantor dan  Alhamdulillah dari situlah rezeki Allah muncul untuk saya agar bisa melaksanakan sunnah Rasullah. Akhirnya, tanggal 7 Desember 2010, tepat tanggal 1 Muharram 1432 H, saya bisa meng-aqiqahkan anak laki-laki saya, Saskara Wirasena Juarsa pada hari ke-17 kelahirannya. Maha besar Allah dengan segala kemudahannya, dan telah dikirimkan orang-orang yg memberikan kemudahan tersebut. Handai taulan, guru, sahabat dan tetangga hadir untuk ikut mengaji dan melaksanakan Aqiqah kemaren. Terimakasih yang tidak terhingga atas kehadiran, guru, sahabat, handai-taulan dan para tetangga.

SASKARA WIRASENA JUARSA

Video Saat Potong Rambut:

RISALAH AQIQAH

Sumber : http://www.rumahaqiqah.org/download/RisalahAqiqah.pdf

Hukum Melaksanakan Aqiqah

Aqiqah dalam istilah agama adalah sembelihan untuk anak yang baru lahir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat‐syarat tertentu. Oleh sebagian ulama ia disebut dengan nasikah atau dzabihah (sembelihan).   Hukum aqiqah itu sendiri menurut kalangan Syafii dan Hambali adalah sunnah muakkadah. Dasar yang dipakai oleh kalangan Syafii dan Hambali dengan mengatakannya sebagai sesuatu yang sunnah muakkadah adalah hadist Nabi SAW. Yang berbunyi, “Anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelihkan untuknya pada hari ketujuh (dari kelahirannya)”. (HR al‐Tirmidzi, Hasan Shahih)

Makna Aqiqah

Kata Aqiqah berasal dari kata Al‐Aqqu yang berarti memotong (Al‐Qoth’u). Al‐Ashmu’I berpendapat: Aqiqah asalnya adalah rambut di kepala anak yang baru lahir. Kambing yang dipotong disebut aqiqah karena rambut anak tersebut dipotong ketika kambing itu disembelih.   Dalam pelaksanaan aqiqah disunahkan untuk memotong dua ekor kambing yang seimbang untuk anak laki‐laki dan satu ekor untuk anak perempuan.   Dari Ummi Kurz Al‐Kabiyyah Ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bagi anak laki‐laki dua ekor kambing yang sama, sedangkan bagi anak perempuan satu ekor kambing”. (HR. Tirmidzy dan Ahmad)

Aqiqah Yang Sesuai Dengan Sunnah

Pelaksanaan aqiqah menurut kesepakatan para ulama adalah hari ketujuh dari kelahiran. Hal ini berdasarkan hadits Samirah di mana Nabi SAW bersabda, “Seorang anak terikat dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan aqiqah pada hari ketujuh dan diberi nama”. (HR. al‐Tirmidzi).   Namun demikian, apabila terlewat dan tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh, ia bisa dilaksanakan pada hari ke‐14. Dan jika tidak juga, maka pada hari ke‐21 atau kapan saja ia mampu. Imam Malik berkata : Pada dzohirnya bahwa keterikatannya pada hari ke 7 (tujuh) atas dasar anjuran, maka sekiranya menyembelih pada hari ke 4 (empat) ke 8 (delapan), ke 10 (sepuluh) atau setelahnya Aqiqah itu telah cukup. Karena prinsip ajaran Islam adalah memudahkan bukan menyulitkan sebagaimana firman Allah SWT : “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”. (QS.Al Baqarah:185)

Daging Aqiqah Lebih Baik Mentah Atau Dimasak

Dianjurkan agar dagingnya diberikan dalam kondisi sudah dimasak. Hadits Aisyah ra., “Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki‐laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al‐Bayhaqi). Daging aqiqah diberikan kepada tetangga dan fakir miskin juga bisa diberikan kepada orang non‐muslim. Apalagi jika hal itu dimaksudkan untuk menarik simpatinya dan dalam rangka dakwah. Dalilnya adalah firman Allah, “Mereka memberi makan orang miskin, anak yatim, dan tawanan, dengan perasaan senang”. (QS. Al‐Insan : 8). Menurut Ibn Qud mah, tawanan pada saat itu adalah orang‐orang kafir. Namun demikian, keluarga juga boleh memakan sebagiannya.

Siapakah yang layak menerima daging sembelihan aqiqah ?

Mereka yang paling layak menerima sedekah adalah orang fakir dan miskin dari kalangan umat Islam, begitu juga dengan aqiqah, mereka yang paling layak menerima adalah orang miskin dikalangan umat Islam. Walaubagaimanapun berdasarkan beberapa buah hadis dan amalan Rasulullah dan sahabat kita disunatkan juga memakan sebahagian daripada daging tersebut, bersedekah sebahagian dan menghadiahkan sebahagian lagi. Apa yang membezakan aqiqah dan korban ialah kita disunatkan memberikan sebahagian kaki kambing aqiqah tersebut kepada bidan yang menyambut kelahiran tersebut.Wallahu’alam   Jumlah Hewan Aqiqah Bayi laki‐laki disunnahkan untuk disembelihkan dua ekor kambing dan bayi wanita cukup satu ekor kambing saja. Dari Ammi Karz Al‐Ka’biyah berkata bahwa saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Untuk bayi laki‐laki disembelihkan dua ekor kambing yang setara dan buat bayi wanita satu ekor kambing”.   Namun bila tidak memungkinkan, maka boleh saja satu ekor untuk bayi laki‐laki, karena Rasulullah SAW pun hanya menyembelih satu ekor untuk cucunya Hasan dan Husein.   “Adalah Rasulullah SAW menyembelih hewan aqiqah untuk Hasan dan Husein masing‐ masing satu ekor kambing ?”. (HR Ashabus Sunan)

Aqiqah haruskah hewan jantan?

Baik dalam aqiqah maupun udhiyah (kurban) tidak ada persyaratan bahwa hewannya harus jantan atau betina. Keduanya bisa dijadikan sebagai hewan aqiqah atau kurban. Akan tetapi yang lebih diutamakan adalah hewan jantan agar kelangsungan reproduksi hewan tersebut tetap terjaga.

Hukum Aqiqah Dilaksanakan Dilain Negara/Kota

Tidak ada batasan yang mengharuskan agar pelaksanaan aqiqah dilakukan di negeri/kota/kampung tempat kelahiran anak. Karena itu, Anda bisa melakukan di mana saja sesuai dengan kemaslahatan yang ada.

Hukum memakan daging aqiqah

Daging selain disedekahkan juga bisa dimakan oleh keluarga yang melakukan aqiqah. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah ra., “Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki‐laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al‐Bayhaqi). Wallahu a’lam bish‐shawab.

Hukum Aqiqah Setelah Dewasa/Berkeluarga

Pada dasarnya aqiqah disyariatkan untuk dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahiran. Jika tidak bisa, maka pada hari keempat belas. Dan jika tidak bisa pula, maka pada hari kedua puluh satu. Selain itu, pelaksanaan aqiqah menjadi beban ayah.   Namun demikian, jika ternyata ketika kecil ia belum diaqiqahi, ia bisa melakukan aqiqah sendiri di saat dewasa. Satu ketika al‐Maimuni bertanya kepada Imam Ahmad, “ada orang yang belum diaqiqahi apakah ketika besar ia boleh mengaqiqahi dirinya sendiri?” Imam Ahmad menjawab, “Menurutku, jika ia belum diaqiqahi ketika kecil, maka lebih baik melakukannya sendiri saat dewasa. Aku tidak menganggapnya makruh”.   Para pengikut Imam Syafi’i juga berpendapat demikian. Menurut mereka, anak‐anak yang sudah dewasa yang belum diaqiqahi oleh orang tuanya, dianjurkan baginya untuk melakukan aqiqah sendiri.

Hewan Untuk Aqiqah

Masalah kambing yang layak untuk dijadian sembelihan aqiqah adalah kambing yang sehat, baik, tidak ada cacatnya. Semakin besar dan gemuk tentu semakin baik. Sedangkan masalah harus menyentuhkan anak kepada kambing yang akan disembelih untuk aqiqahnya, jelas tidak ada dasarnya. Barangkali hanya sebuah kebiasaan saja.

Pemberian Nama Anak

Tidak diragukan lagi bahwa ada kaitan antara arti sebuah nama dengan yang diberi nama. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya sejumlah nash syari yang menyatakan hal tersebut.   Dari Abu Hurairoh Ra, Nabi SAW bersabda: “Kemudian Aslam semoga Allah menyelamatkannya dan Ghifar semoga Allah mengampuninya”. (HR. Bukhori 3323, 3324 dan Muslim 617)   Ibnu Al‐Qoyyim berkata: “Barangsiapa yang memperhatikan sunah, ia akan mendapatkan bahwa makna‐makna yang terkandung dalam nama berkaitan dengannya sehingga seolah‐olah makna‐makna tersebut diambil darinya dan seolah‐olah nama‐ nama tersebut diambil dari makna‐maknanya”. Dan jika anda ingin mengetahui pengaruh nama‐nama terhadap yang diberi nama (Al‐musamma) maka perhatikanlah hadits di bawah ini:   Dari Said bin Musayyib dari bapaknya dari kakeknya Ra, ia berkata: Aku datang kepada Nabi SAW, beliau pun bertanya: “Siapa namamu?” Aku jawab: “Hazin” Nabi berkata: “Namamu Sahl” Hazn berkata: “Aku tidak akan merobah nama pemberian bapakku” Ibnu Al‐Musayyib berkata: “Orang tersebut senantiasa bersikap keras terhadap kami setelahnya”. (HR. Bukhori) (At‐Thiflu Wa Ahkamuhu/Ahmad Al‐’Isawiy hal 65). Oleh karena itu, pemberian nama yang baik untuk anak‐anak menjadi salah satu kewajiban orang tua. Di antara nama‐nama yang baik yang layak diberikan adalah namanabi penghulu jaman yaitu Muhammad. Sebagaimana sabda beliau : Dari Jabir Ra dari Nabi SAW beliau bersabda: “Namailah dengan namaku dan janganlah engkau menggunakan kunyahku”. (HR. Bukhori 2014 dan Muslim 2133)

Mencukur Rambut

Mencukur rambut adalah anjuran Nabi yang sangat baik untuk dilaksanakan ketika anak yang baru lahir pada hari ketujuh.   Dalam hadits Samirah disebutkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap anak terikat dengan aqiqahnya. Pada hari ketujuh disembelihkan hewan untuknya, diberi nama, dan dicukur”. (HR. at‐Tirmidzi).   Dalam kitab al‐Muwathth ` Imam Malik meriwayatkan bahwa Fatimah menimbang berat rambut Hasan dan Husein lalu beliau menyedekahkan perak seberat rambut tersebut.   Tidak ada ketentuan apakah harus digundul atau tidak. Tetapi yang jelas pencukuran tersebut harus dilakukan dengan rata; tidak boleh hanya mencukur sebagian kepala dan sebagian yang lain dibiarkan. Tentu saja semakin banyak rambut yang dicukur dan ditimbang semakin ‐insya Allah‐ semakin besar pula sedekahnya.

Slide Foto-foto:

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

hari yg melelahkan dan patut disyukuri…

Rabu, 1 Desember 2010, genap 1 tahun 3 bulan kuliah di DTM FTUI Depok, dah semester III, waktunya ujian kualifikasi. Tujuannya untuk menguji kemampuan mahasiswa S3 apakah layak untuk lanjut ke jenjang selanjutnye. Kalo lulus kadang disebut kandidat doktor, bah mantap juga ngedengernya. Padahalan sih, lulusnya enggak tahu kapan. Anyway, satu tahapan udah dilalui tinggal beberapa tahap selanjutnye, sabar dan jalanin aja. Keywords dari ujian gue, bahwa gue ngelompatnya kejauhan dan ade hal2 penting yg kelewat dan justeru menjadi kunci jawaban untuk masalah yg ane hadapi, so, Prof. Ral bilang ane kudu balik ke belakang dikit, yg artinya tugas kudu ane jalanin, kaga ade pake tawar2. Hehehe, siap Prof.

Oh, ya tadi inget petuah dari pak Engkos Kosasih (Dr, penguji). Bedanya orang pinter ama bodoh, ternyata jelas banget yah, kata beliyau kalo orang pinter itu selalu sadar bahwa dia masih bodoh, sehingga membuatnya terus2 belajar. Nah, kalo orang bodoh, enggak sadar2 bahwa dirinya bodoh, jadinya kagak pernah belajar2. Make Sense banget.

hari yg meleahkan dan patut ane syukur, ujian kualifikasi udah, ekh dapet juara I lagi di BPA-AIJ 2010. Alhamdulillah.

So cekidot deh pideonya.

Para penguji:

action…

Sumber video dari Blognya Prof. Raldi (http://koestoer.wordpress.com) atau dicari di Youtube juga bisa Bro/Sis.

Rezeki Allah SWT takkan pernah terhenti…

Alhamdulillah, setelah penantian yang lumayan panjang, termasuk jadwal yg ngundur dan bolak-balik ke bidan, akhirnya penantian selesai. Minggu, 21 November 2010, tepat jam 10.05, pendatang baru dalam keluarga juarsa (new comer in Juarsa), lahir, seorang bayi laki-laki dengan massa 3,4 kg (saya gak mau nulis berat, gak enak sama Fisika), panjang 49 cm dalam keadaan selamat dan sehat walafiat. Namun ada masalah dengan ibundanya, setelah melahirkan ada pendarahan yg muncul. Dan ini yg pertama kali setelah 3 kali dia melahirkan, cukup panik dan kepikiran banget, soalnya baru sekarang terjadi. Alhamdulillah setelah diberi obat oleh Bidan, baik suntik dan pil, pendarahan terhenti. Semalam istriku dan anakku, menginap, ditemani Ibundaku yg begitu sabar menunggui cucunya. Aku sendiri dan ketiga anakku yg lain di rumah, tertidur lelap setelah seharian menanti dan cemas. Ternyata melahirkan setelah usia mencapai lebih dari 35 tahun, cukup beresiko. Karena adanya kontraksi otot yg kurang akan menyebabkan pendarahan (demikian kata Bidan). Bini ane emang udah berumur 37 tahun…dah lewat 2 tahun dari 35. So, sebaiknya menghindari resikonya ke depan. Heran juga ya, pada jaman dahulu sampe ada wanita yg punya anak belasan orang, kok aman2 aja yah? Yang jelas, aku ucapkan berjuta2 terimakasih atas perjuangan Istriku Tercinta, setelah 9 bulan dibebani oleh kehamilan dan perjuangan hidup mati saat melahirkan, sungguh takkan sanggup aku tanggung dan terus membayang, betapa seorang ibu di atas segalanya. Terimakasih cinta.

Anakku yg ke empat ini aku beri nama “SASKARA WIRASENA JUARSA” , Uda-nya yg besar Khalid Muhammad Juarsa, Uni-nya Zalya Annisa Juarsa dan Aa-nya yg kecil adalah Tri Mulya Aflah Juarsa. Agak berbeda dengan nama anakku yg ke-4 ini, kakak-kakaknya masih memakai bahasa arab untuk mencerminkan arti dan sifat-sifat yg baik bagi anakku, yg tentunya menjadi doa. Namun, Saskara aku beri nama berdasarkan bahasa jawa dan sunda kuno, tokh artinya juga mencerminkan kebaikan dan doa untuk dia. Soal nama, ketika hamil 4 bulan aku udah kasak-kusuk cari nama, palagi jaman sekarang, internet dah dimana-mana, jadinya aku nyiapin 2 nama (cowok dan cewek). Ketika yg lahir cowok, maka nama cowok yg udah disiapin tinggal di publish saja. Lalu ngurus Aktenya. Arti nama anakku yg ke-empat, kira-kira begini: “SASKARA” = kemurnian & kebenaran, “WIRASENA”=kumpulan pemberani, “JUARSA”=Jiwa, sehingga jika digabung menjadi Saskara Wirasena Juarsa, doanya adalah : Jiwa yg merupakan kumpulan para pemberani untuk menegakkan kebenaran dan kemurnian, baik aturan hidup, agama dan negara. Semoga ya Allah, amin.

Ini foto Saskara Wirasena Juarsa dengan babenye:

Terimakasih kepada para Guru, saudara/i, para sahabat dan kolega, serta para murid, tetangga atas kiriman doanya dan dukungan morilnya kepada keluarga kami. Semoga Allah memberikan imbalan berlipat ganda atas keihklasannya. Amin.