Teman kuliahku (bisakah seperti Dia?)

Berhubung udah seminggu lebih enggak ngisi Blog, dan dari pade buntu nih kepala, ane coba masukin cerita tentang temen kuliah ane (tepatnya sih adik kelas). Dr. Camelia Panatarani, S.Si, M.Si (panjang bener…), beliyau adik kelas angkatan 93, sedangkan ane angkatan 91 Jurusan Fisika UNPAD. Kalo di bilang temen kuliha, kebetulan ane masuk  ke Himpunan Mahasiswa Fisika (HIFI) rada2 telat, pas Bu Camel di ospek (angkatan 93), ane ngikut juga diospek. Habis, daripade kagak dibilang gaul, kan malu. Makanye, kita bisa dikatakan seangkatan ospek , alias senasib. Parahnya yg ngospek itu, malah angkatan ane..angkatan 91. Pokonya ribet.

Dulu sih beliyau biase2 aje dan emang udah imutz dari dulunye. Namun setelah beberapa tahun kemudian, kami malah ketemuan di Jepang, saat saya sedang S2, bu Camelia sedang S3. Kalo ndak salah malah nginep di apartemen kami (Fueijutaku) di Kumatori, Osaka-Fu.  Terakhir-terakhir sejak tahun 2007 sampe 2009 lumayan kerap bertemu dengan Beliyau, kebetulan ane emang ade tugas2 di Bandung. Nah, bu Camel ini yang jadi inspirasi ane untuk buat yg namanye riset grup atau apalah istilahnya, terakhir kita namain laboratoriutm riset. Kebetulan ane ngajar di Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor (disingkat UIKA Bogor), inspirasi dari Bu Camel soal riset grup karena doi punya riset grup di Jl. Singaper Bangsa (bener gak nih tulisannye?), beberapa mahasiswa di bawah bimbingan dia melakukan riset yg tema-temanya sempalan dari riset yg emang bu Camel kerjain. Modelnye emang persis kayak yg di Jepang, dan bagus banget, its work. Jadi dari situ ane buat juga di UIKA Bogor, namnya grup riset Engineering and Device for Energy Conversion (disingkat EDfEC), berdiri sejak Februari 2009. Blognya juga ade: http://edfecftuika.wordpress.com    dan  http://edfec-ftuikabogor.web.id/. Lumayan deh udah 14 mahasiswa yg lulus dari situ, meski tema risetnya belom banyak namun on-going deh. Cuman sampe sekarang kite belom dapetin hibah riset, seperti yang bu Camelia peroleh, idealnya emang lab.riset (non-struktural) bisa dapetin hibah, kalo ndak bisa repot. Tapi eksitensi lab, ampe sekarang terus jalan. Sejak ane kuliah lagi (2010an awal), dah agak jarang ketemu beliyau. Cuman iseng2 cari blog orang, ekh malah nemu sebuah blog yang ada ceritanya bu Camelia, jadi nulis deh tentang beliyau.

Bu Camel juga udah pernah kita (FT UIKA Bogor) undang untuk presentasi dalam seminar di internal Fakultas Teknik, temanya soal Dosen dan Riset, meski yg hadir gak banyak (mungkin kite kurang modal untuk publikasi), tapi banyak yg bisa dipetik dari cerita dan paparan bu Camel. Bahwa yg namanya dosen selain ngajar kudu banget nge-riset. Beliyau pernah cerita, bahwa karir dan prestasinya yg saat ini diperoleh ternyata dilakukan tanpa keinginan yg menggebu-gebu. Dari cerita bu Camelia, bahwa sewaktu mau lulus S1 dulu, die hanya punya keinginan ingin buka Butik di Kota Bandung. Namun sahabat beliyau (temen ane juga), namanye Made Joni (lagi S3 di Hiroshima U. Jepang) nyaranin untuk lanjut S2 di ITB. Nah dari S2 ITB, ternyata ada Profesor dari Jepang yg konsern dan appreciate dengan kerja keras beliyau, sehingga studinya lanjut ke Hiroshima University di Jepang. Dari sini kelihatan, bahwa hidup emang gak perlu ngoyo, mengalir seperti air, dan bila sedang menjalaninya tetep kudu serius dan kerja keras. Hasilnya, ya apa yg bu Camelia raih saat ini. Jauh banget dengan Ane, semua keinginan dan sekolah emang dijalani karena persyaratan alias kepaksa, jadinya gemana gethu. Andai saja ane juga bisa seperti beliyau, karena ampe sekarang belom pernah dapet penghargaan dan prestasi yg bagus. Semoga aja ke depan bisa ane ikutin prestasinye bu Camelia.

Foto Camelia Panatarani dan Andri Abdurrohman (dosen Fisika UNPAD) dan Ane saat ada seminar di Dipati Ukur Bandung (2009).

Di bawah, ada tulisan tentang bu Camelia dari blog-nya orang.

Dari BLOG : http://padmanegara.wordpress.com/2009/12/31/mencari-seorang-indonesia-yang-berprestasi-part-iv/
Akhirnya kami tiba di kota terakhir untuk Tim 2 dalam pencarian insan Indonesia berprestasi 2009.

Kami akan bertemu dengan DR. Camellia.

DR. Camellia Panatarani

Dr. Camellia adalah salah satu finalis dari kategori IPTEK. Camellia lahir di Bandung tanggal 3 Maret 1974. Ia adalah Lektor Kepala di Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Padjajaran. Camellia Panatarani menamatkan studi doktoral pada tahun 2005 dengan mengambil penelitian bidang fine phosphor particles (from nano to submicrometer phosphor particles). Setelah menamatkan studi doktoralnya, Camellia Panatarani aktif melakukan penelitian dan menjalin kerjasama dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri. Pada tahun 2005, salah satu publikasinya menjadi Top 25 hottest articles on Science Direct dan beliau mendapat penghargaan Dosen Berprestasi I, FMIPA, Universitas Padjadjaran pada tahun 2006. Pada tahun 2008, mendapat penghargaan Loreal-UNESCO for Women in Science bidang Material Science.

Tapi dikarenakan DR Camellia sedang berada di Jepang kami berkunjung ke Unpad, dan Labnya di daerah Dipatiukur. Untuk mendapatkan informasi yang mendalam kami melakukan tanya jawab melalui Messenger dan Email.

Berikut adalah petikan wawancaranya:

Ide dasar apakah yang menyebabkan ibu membuat penelitian mengenai Halo Phospor?
Sebenarnya penelitian yang saya lakukan tidak terbatas pada halophosphor saja tetapi berbagai jenis phosphor. Penelitian yang dilakukan mulai dari penelitian berbagai metode pembuatan phosphor, penelitian pembuatan alat-alat pembuatan phosphor, penelitian pengembangan phosphor baru sampai penelitian karakteristik phosphor untuk tujuan aplikasi. Sebetulnya halophosphor bukanlah phosphor jenis baru. Halophosphor sudah diaplikasikan sejak lama. Ide penelitian halophosphor bermula dari kunjungan kami ke salah satu perusahaan lampu hemat energi yang menggunakan halophophor sebagai bahan luminisensi. Ternyata halophosphor merupakan bahan import. Kami mencoba membuat halophosphor dengan metode-metode pembuatan phosphor yang telah kami kembangkan di kelompok riset kami.

Apakah Peran Ibu dalam penelitian itu, dan Tim nya siapa saja?
Dalam penelitian, kerjasama tim dengan berbagai keahlian sangat diperlukan. Jurusan Fisika, FMIPA Unpad memiliki sdm yang potensial namun hanya memiliki fasilitas minim untuk penelitian. Oleh karena itu kami mendirikan eSPe research group yang terdiri dari beberapa dosen peneliti dan mahasiswa dengan latar belakang keahlian berbeda, yaitu: Camellia Panatarani (material science), Bambang Mukti Wibawa (instrumentasi), I Made Joni (heat transfer dan modeling), Darmawan Hidayat (instrumentasi kontrol) dan Ferry Faizal (simulasi dan modeling). Dengan latar belakang berbagai keahlian tersebut, kami saling mendukung.

Dalam penelitian phosphor, tentu saja saya berperan sebagai principal invetigator, namun untuk penelitian pembuatan alat-alat sintesis maupun alat instrumentasi lainnya, saya berperan sebagai anggota peneliti.

Apa yang menjadikan penelitian Halo Phospor ini unik dan sangat berprospektif kedepannya?

Penelitian phosphor sangat prospektif mengingat phosphor digunakan untuk berbagai aplikasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Jantung dari CRT pada televisi berwarna adalah phosphor. Display panel pada komputer, handphone dll, semuanya menggunakan phosphor. Khususnya halophosphor yang diaplikasikan untuk lampu hemat energi, sangat prospektif karena trend dunia sudah mulai menginggalkan lampu jenis bulb dan menggantinya dengan lampu hemat energy bahkan LED. Pemerintah RI-pun membuat kebijakan untuk mengganti lampu jenis bulb dengan lampu hemat energi. Hasil penelitian terkini, ternyata halophosphor juga dapat diaplikasikan untuk white LED yang kini sedang hangat dibicarakan para peneliti dunia. Penelitian phosphor yang kami lakukan menggunakan cara dan alat yang sederhana sehingga dimungkinkan phosphor dibuat oleh pengusaha kecil maupun home industri.

Apakah solusi yang dimunculkan dari penelitian tersebut?
Solusi bahwa Indonesia mampu membuat berbagai macam phosphor sendiri dan tidak perlu bergantung lagi kepada negara-negara lain.

Bagaimana tanggapan masyarakat, baik itu masyarakat internasional maupun umum?
Sejauh ini tanggapan masyarakat sangat baik, bahkan salah satu paper yang kami buat menjadi Top 25 Hottest articles on science direct.

Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh Ibu, baik tantangan pribadi, keluarga ataupun sosial? Seberapa jauh tantangan tersebut  mampu memotivasi ibu untuk lebih bersemangat lagi?
Yang menjadi tantangan kami adalah mempublikasikan hasil-hasil penelitian kami sejajar dengan grup-grup penelitian dunia. Kami yakin, sdm kami mampu melakukannya. Kendala paling besar yang kami hadapi adalah ketidaktersediaan alat karakterisasi.

Pernahkah ada perasaan down ketika melakukan apa yang sedang ibu lakukan?
Sebagai peneliti, hal yang menurunkan semangat adalah ketika kita tidak bisa membuktikan apakah hasil peneltian kita berhasil atau tidak akibat tidak tersedianya alat karakterisasi. Ketidak tersediaan alat karakterisasi ini yang membuat penelitian-penelitian di Indonesia berjalan sangat lambat. Untuk membuktikan keberhasilan penelitian, biasaya kami kirimkan sample-sample hasil penelitian kami kepada kolega-kolega di dalam dan di luar negeri. Akibatnya publikasi yang kami lakukan berjalan lambat.

Yang paling mengecewakan adalah publikasi di jurnal internasional yang sudah didahului oleh grup riset lain dari luar negeri. Namun demikian, tidak ada usaha yang tidak berguna. Pengalamanlah yang menurut kami achievement yang paling tinggi.

Apakah rencana berikutnya/kelanjutan dari penelitian tsb? Adakah rencana-rencana lain di masa mendatang?
Rencana berikutnya tentu saja meneruskan penelitian karena penelitian itu tidak pernah ada selesainya. Mempublikasikan hasil penelitian agar berguna bagi masyarakat.

Bagaimana penelitian tersebut dapat membantu masyarakat/publik?
Semua ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hasil penelitian. Tentu saja hasil-hasil penelitian diaplikasikan untuk kesejahteraan umat manusia di dunia.


L’Oreal
Link2 tentang Camelia Panatarani:
Biodata-fisika UNPAD
Riset
IBA Award
Loreal